Fachriza Jayadimansyah mengirimkan karya unik berjudul “Cloud”. Ia memandang bahwa perkembangan teknologi yang begitu pesat dengan luasnya informasi bertebaran di awan.
Hal ini menjadikan kita susah untuk memilah antara yang benar maupun yang hoax. Dampaknya sangat berpengaruh pada perilaku maupun sudut pandang dalam menyikapi suatu hal dalam kehidupan.
Untuk itu, kunci dalam menyikapinya adalah mulai dari diri sendiri, perlu memilah data informasi yang falid, sehingga apa yang ada dalam cloud tidak berisi sampah informasi yang berdampak negatif.
Harapan Riza, demikian seniman ini biasa dipanggil, masyarakat dapat memetik kebaikan dan lebih cerdas dalam memilih serta bersikap terhadap perkembangan teknologi saat.
Pembukaan nantinya disetting sebagaimana podcast ala YouTube. Deni Je selaku konten kreator kanal YouTube Painting Explorer maupun dosen pengampu di Kampus Seni Lukis Painting Explorer bertindak selaku host. Podcast show ini dilaksanakan hari Sabtu tanggal 1 Juni 2024 pukul 19:30.
Sebagaimana pada pameran sebelumnya, dalam pameran ini juga diselenggarakan Orasi Seni yang dibawakan oleh Syahrizal Pahlevi.
Perupa ini adalah provokator. Ia menginspirasi masyarakat untuk menciptakan karya seni, dan menggerakkan seniman untuk aktif berkesenian.
Lelaki kelahiran Palembang 1965 yang kini tinggal di Jogja ini telah melanglang buana untuk residensi seni, termasuk ke Japan, AS, dan China.
Ia sudah 24 kali berpameran tunggal. Ide-idenya kerap ia tuangkan lewat workshop, antara lain: bengkel seni woodcut di Museum Affandi Yogyakarta dan Red Mill Gallery Johnson Amerika. Selain membuat karya seni grafis, ia juga menulis dan menjadi kurator. Gerakan fenomenalnya adalah Jogja Miniprint Biennale (JMB).
Sementara itu, pameran dibuka oleh Lutse Lambert Daniel Morin, seniman yang juga pejabat kampus ISI Yogyakarta. Begitu masuk ruang kerja pria kelahiran Jogja 1976 ini, kita disuguhi suasana unik.
Kantor Asisten Dekan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta itu penuh dengan karya seni 3 dimensi yang terbuat dari baja bekas. Perupa ini memang langka, baik berkarya maupun menjabat, keduanya dikerjakan dengan total.
Karyanya telah dipamerkan di Seoul, Shanghai, Tokyo, Kuala Lumpur, Budapest, Los Angeles, dan tentu saja berbagai kota Indonesia. Pernah pula mengisi kuliah seni di Seoul Institutes of The Arts, Korea Selatan.
Dengan Pameran Lukisan Painting Explorer ke-3 "Negeri di Cloud" ini, semoga gairah berkesenian para seniman yang selama ini susah terjangkau gempita episentrum kota seni semacam Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Denpasar, dapat merasakan getarannya.
Painting Explorer berusaha memanfaatkan teknologi informasi, seperti YouTube yang disupport Instagram, Facebook, dan TikTok, untuk menggempakan passion tersebut. *