pendidikan

Punya Peran Penting Didik Karakter Anak, TKA-TPA Sleman Hadapi Tantangan Keterbatasan Jumlah Guru Pendamping

Senin, 28 Juli 2025 | 08:00 WIB
Wisuda Kenaikan Tingkat Santri TKA TPA sekabupaten Sleman, di Gedung Serba Guna kabupaten setempat, Minggu (27/7/2025). (Foto: Koko Triarko)

HARIAN MERAPI - Badan Koordinasi (BadKo) TKA-TPA Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menyebut jumlah guru pendamping atau ustadz dan ustadzah pengajar TKA-TPA di Sleman, masih jauh dari ideal.

Menurut BadKo TKA-TPA Kabupaten Sleman, saat ini ada 991 unit TKA dan TPA tersebar di 17 kapanewon di Sleman, dan masing-masing unit hanya memiliki 2 hingga 3 orang guru atau ustadz ustadzah pendamping.

"Jumlah guru pendamping di masing-masing unit TKA-TPA itu masih sangat kurang," kata Ketua BadKo TKA-TPA Sleman, Mujiyono SPd MHum, saat ditemui usai gelar wisuda kenaikan tingkat santri TKA-TPA sekabupaten, di Gedung Serba Guna Kabupaten Sleman, Minggu (27/7/2025).

Baca Juga: Catat, siswa wajib ikuti ekstrakurikuler kepanduan. Tidak harus Pramuka lho....

Dia menerangkan, selama ini peran dan keberadaan TKA dan TPA sangat penting dalam upaya dini membentuk karakter anak yang cerdas dan berakhlak mulia.

Mujiyono menyebut, dalam proses pembelajaran di TKA-TPA para siswa santri tidak hanya diajarkan untuk mengahapal saja. Namun, juga diberikan pembelajaran adab sesuai agama Islam.

"Misalnya, para santri tidak hanya hapal doa sebelum makan. Tapi, juga adab makan seperti tidak boleh makan sambil bicara, dan sambil berdiri," ungkap Mujiyono.

Baca Juga: Kapolri Resmikan SMA Kemala Taruna Bhayangkara, Komitmen Mencetak Pemimpin Masa Depan

Demikian pula, sambungnya, sesuai ikrar santri mereka para santri dan santriwati TKA-TPA juga diajarkan untuk sholat lima waktu, taat kepada orang tua, dan bertutur kata yang sopan.

Selain itu dalam upaya membentuk karakter anak yang cerdas secara logika dan berakhlak mulia, santri-santriwati TKA TPA juga diajarkan membaca, menulis, dan menghapal Alquran.

"Semua itu kita lakukan melalui metode pembelajaran yang menyenangkan sesuai Kurikulum Aktif Untuk Santri TKA-TPA," kata Mujiyono.

Baca Juga: Tragedi Tewasnya Dua Mahasiswa di Maluku Tenggara, UGM Evaluasi Sistem Penempatan KKN

Dia menjelaskan, dengan kurikulum itu para santri belajar iqra langsung mengenali huruf dengan membaca, kemudian praktik-praktik sholat, bacaan harian, dan ayat-ayat pilihan, dalam suasana yang menyenangkan.

"Kita ajak para santri belajar sambil bermain, sehingga target pertama itu santri bisa gemar, terbiasa, dan senang membaca Alquran," katanya.

Dia mencontohkan lagi, dengan metode pembelajaran yang menyenangkan itu kebiasaan sholat lima waktu juga ditanamkan melalui lagu-lagu yang menggembirakan.

Halaman:

Tags

Terkini