Kisah Prof Timbul Raharjo Kenalkan Seni Kriya Kasongan yang Kagumi Sosok Pangeran Diponegoro

photo author
- Kamis, 30 Maret 2023 | 08:20 WIB
Prof Dr Drs Timbul Raharjo MHum (kanan) menerima surat pengangkatan sebagai guru besar seni kriya dari Rektor ISI Yogyakarta. (Foto-Yusron Mustaqim)
Prof Dr Drs Timbul Raharjo MHum (kanan) menerima surat pengangkatan sebagai guru besar seni kriya dari Rektor ISI Yogyakarta. (Foto-Yusron Mustaqim)

HARIAN MERAPI - Dosen Seni Kriya Fakultas Seni Rupa ISI Yogya, Prof Dr Drs Timbul Raharjo MHum dikukuhkan sebagai guru besar seni kriya di Auditorium ISI Yogya Jalan Parangtritis Sewon Bantul, Rabu (29/3/2023).

"Bidang ilmu kriya merupakan kompensasi keahlian yang langka. Atas nama pimpinan kami mengucapkan selamat dan sukses atas pengukuhan ini. Semoga prestasi ini dapat menginspirasi para dosen lainnya untuk mencapai akademi tertinggi sebagai guru besar," ujar Rektor ISI Yogya, Prof Dr M Agus Burhan MHum di sela-sela Sidang Senat Terbuka Institut Seni Indonesia (ISl) Yogyakarta dalam rangka pengukuhan guru besar Prof Dr Drs Timbul Raharjo MHum.

Baca Juga: Seniman Timbul Raharjo Dikukuhkan Sebagai Guru Besar ISI Yogyakarta, Ini Harapan Bupati Bantul

Pengukuran guru besar tersebut sebagai momentum baru untuk mengembangkan seni kriya agar lebih dikenal luas masyarakat. Prof Timbul mengambil judul pidato "Gerabah Kasongan Jaran Ukir Ikon Kabupaten Bantul dalam Perspektif Ilmu Kriya".

Semetara Prof Timbul menambahkan, tema dalam pidatonya tersebut memiliki relevansi bidang keilmuan kriya dan memiliki peran penting dalam pengembangan karier sebagai dosen pada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Gerabah tradisional merupakan etnologis dan artistik untuk membangkitkan pemahaman dinamika cipta kriya dalam komunitas lokal.

Baca Juga: Indonesia Dicoret Sebagai Tuan Rumah FIFA U-20 World Cup 2023, Erick Thohir: Saya Sudah Berjuang Maksimal!

Untuk itu gerabah Jaran Ukir merupakan representasi ekspresi penciptaan gerabah masyarakat Kasongan.

Kekaguman Prof Timbul terhadap Diponegoro yang identik dengan naik kuda dalam melakukan perang melawan penjajah Belanda tahun 1825-1830.

Saat perang berakhir salah satu tokoh pengikut Diponegoro bernama Ngabdul Raupi menghindar dan pergi bersembunyi di wilayah barat Sungai Bedog Bantu.

Baca Juga: Kapolres Kulon Progo Mendadak Diganti

Tokoh itu mengajarkan masyarakat sekitar cara pembuatan gerabah peralatan rumah tangga.

Pada tahun 1930-an seorang kriyawan bernama Sohikromo alias Jembuk, membuat gerabah dengan mengkombinasikan nilai fungsi dan artistik.

Selanjunya tahun 1970-an nilai artistik kekriyaan gerabah berlanjut dengan sentuhan artistik para dosen dan mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI).

Baca Juga: Kasus transaksi Rp349 triliun di Kemenkeu, Mahfud MD : Saudara bisa dihukum menghalang-halangi penyidikan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X