HARIAN MERAPI - Kondisi ketahanan pangan Indonesia ke depan penting untuk diwaspadai. Hal ini dapat terlihat dari gejala yang menunjukkan adanya potensi gangguan ketahanan pangan.
Sebagai penyebab gangguan ketahanan pangan, antara lain adanya dampak dari menipisnya persediaan air, karena kenaikan suhu permukaan bumi.
Bahkan perkembangan pesat perindustrian juga banyak memberi pengaruh pada ketahanan pangan. Mulai 2023 ini, bumi mengalami peningkatan suhu panas 1,2 derajat Celcius dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Baca Juga: BMKG Prakirakan Sejumlah Provinsi Alami Hujan Hari Ini
Hal tersebut diungkap Prof Dr H Syamsul Anwar MA (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah) dalam Seminar Nasional Fikih Ketahanan Pangan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), baru-baru ini.
Adapun sebagai pemrakarsa seminar tersebut, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) UMY.
Selain itu, Prof Syamsul Anwar menegaskan, kondisi suhu bumi yang terus meningkat akan menyebabkan kekeringan yang berdampak pada sektor pertanian sebagai penyedia bahan pangan.
“Sehingga konstribusi dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk mempertahankan keberlangsungan dari kondisi pangan Indonesia sesuai dengan tuntunan dan aspek-aspek keagamaan,” paparnya.
Baca Juga: Ditjen Bina Marga Beberkan Kabar Terbaru Penerapan MLFF atau Transaksi Tol Nirsentuh
Dijelaskan pula oleh Prof Syamsul, suatu hal penting bagaimana kita dapat menggali kearifan religius yang dituangkan di dalam Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
“Sekaligus menjadikan keduanya sebagai motivasi yang memberikan arah bagi tingkah laku masyarakat dalam melindungi bumi kita,” tandas Prof Syamsul.
Masih menurutnya, laporan keadaan ketahanan pangan dan gizi di dunia pada 2021 dari PBB menyebutkan, proyeksi ketahanan pangan saat ini menunjukkan, dunia belum berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan kedua dari pembangunan berkelanjutan.
Yaitu, tanpa kelaparan pada tahun 2030. Menurut laporan tersebut, meskipun terdapat beberapa kemajuan, namun sebagian besar indikator juga belum berada pada jalur yang tepat untuk memenuhi target nutrisi global.
Baca Juga: Densus 88 Geledah Rumah Kontrakan Terduga Teroris di Pasar Kemis Tangerang
“Status ketahanan pangan dan gizi kelompok masyarakat yang paling rentan kemungkinan akan semakin memburuk akibat dari pandemi Covid- 19 lalu," tuturnya.