Baca Juga: Ramai diisukan kencan dengan kapten Timnas Korea, begini tanggapan agensi Kim Ko Eun
Fenomena seruakan dingin Asia itu bisa meningkatkan pembentukan awan hujan menjadi lebih intensif di sekitar Kalimantan, Sumatra, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Ketiga, adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia.
Hal tersebut bisa memicu pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif, dan berpotensi menyebabkan hujan tinggi, bahkan ekstrem.
Selain itu juga bisa memungkinkan peningkatan percepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.
Keempat, terpantaunya aktivitas beberapa gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO), atau pergerakan awan-awan hujan dari arah Samudra Hindia di timur Afrika.
“Kebetulan pada periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 pergerakan itu pas melintasi wilayah Indonesia,” kata Dwikorita.
Sementara itu, pada saat bersamaan ada peningkatan fenomena Monsun Asia atau seruak udara dingin dari dataran tinggi Tibet.
Selain itu juga bersamaan dengan terjadinya pembentukan tekanan rendah yang berpotensi berkembang menjadi bibit siklon, bahkan bisa menjadi siklon.
Baca Juga: Turki sediakan beragam biasiswa untuk mahasiswa Indonesia
Kondisi itulah yang menyebabkan adanya potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia, terutama bagian selatan, tengah, dan timur.
Dwikorita menyatakan, bahwa ada 12 provinsi yang perlu melakukan siaga cuaca ekstrem mulai Rabu-Kamis (21-22/12/2022) ini.
Dua belas provinsi tersebut adalah sebagian Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah.
Kemudian, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara, serta Maluku dan Papua.
Sedangkan khusus tanggal 24 Desember 2022 ada tiga provinsi perlu melakukan siaga cuaca ekstrem, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. *