Kisah pakar bambu UGM yang ikut merancang Bamboo Dome, tempat santap siang pimpinan G20 di Bali

photo author
- Jumat, 18 November 2022 | 07:30 WIB
Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali jadi perhatian di KTT Presidensi G20 Indonesia. (Istimewa)
Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali jadi perhatian di KTT Presidensi G20 Indonesia. (Istimewa)

HARIAN MERAPI - Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali menjadi perbincangan menarik di tengah perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 Indonesia.

Bangunan indah di tepi pantai ini merupakan lokasi Presiden Joko Widodo menikmati santap siang makanan khas Indonesia bersama dengan para pemimpin dan delegasi G20.

Bamboo Dome ini merupakan mahakarya kolaborasi Elwin Mok, visual creative consultant KTT G20, Rubi Roesli, desainer Bamboo Dome, dan Ashar Saputra, pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca Juga: Presiden Jokowi sampaikan pidato pembukaan KTT G20: dunia hadapi tantangan luar biasa

Ashar tidak menyangka sebelumnya bahwa ia akan dilibatkan dalam pembuatan Bamboo Dome ini. Berawal dari kontak teman penggiat bambu dari Bali yang menawarkan kerja sama dengan panitia nasional G20 dalam pembuatan lokasi jamuan makan para pemimpin dan delegasi G20.

Tawaran ini bukan tanpa tantangan, perajin hanya memiliki waktu yang relatif singkat untuk menyiapkan lokasi yang estetik dan aman.

“Para penggiat, perajin bambu disediakan tiga minggu untuk menyelesaikan Bamboo Dome. Ini menuntut kerja sama yang intens antara arsitek, perajin bambu, dan saya untuk memastikan keamanannya sehingga harus dikawal dengan cukup ketat karena pekerjaannya cukup banyak dan harus zero tolerance terkait keamanan struktur bangunan,” papar Dosen Departemen Teknik Sipil FT UGM ini dalam keterangannya, Kamis (18/11/2022).

Baca Juga: Indonesia-RRT sepakat jalin kerja sama di sektor ekonomi digital

Ide pembuatan bangunan dengan bahan utama bambu ini adalah mencari sesuatu yang unik. Bambu dipilih karena memiliki keunikan sebagai bahan yang mudah dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur dan elastis. Di samping itu, bangunan bambu juga dikenal kuat atau tahan terhadap guncangan gempa.

“Idenya dari para desainer itu adalah di mana di saat dunia itu senang memilih yang artifisial, justru Bali masih memiliki yang original. Bambu jadi pilihan karena sudah menjadi keseharian masyarakat Bali,” terangnya.

Ashar menjelaskan Bamboo Dome dibangun menggunakan bambu apus. Sementara sebagai penyangga memakai bambu petung dari Tabanan yang dibawa ke Gianyar untuk digarap oleh perajin. Pengerjaan Bamboo Dome dimulai dari menentukan pondasi, menyusun lengkung-lengkung utama, sampai keseluruhan dapat diuji karena strukturnya lengkung.

Baca Juga: Syarat, ketentuan dan aturan pembelian tiket kereta saat libut Nataru

Pembuatan bangunan ini memiliki tantangan tersendiri yaitu dalam membentuk lengkungan yang estetik namun segi kemananan tetap bisa tercapai. Berbeda dengan bangunan yang dibuat dari beton atau baja, membangun bambu memiliki ketidaktentuannya yang cukup tinggi, baik dari dimensi, kematangan, maupun kinerja sambungannya.

Ashar mengungkapkan ada satu momen yang ia sebut sebagai Moment of Truth dalam proses pengerjaan Bamboo Dome. Satu hari sebelum Presiden Joko Widodo melakukan cek lokasi, saat itu di Nusa Dua terjadi hujan yang sangat lebat dan angin yang sangat kencang selama 2 jam.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Sumber: Humas UGM

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X