Biden dinilai masih ragu-ragu. Pengamat : Sebaiknya pemerintah kerjasama dengan pihak swasta AS

photo author
- Kamis, 27 Oktober 2022 | 20:12 WIB
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto dalam penutupan The 6th ASEAN-Italy High Level Dialogue, Rabu (6/7/2022).  (ANTARA/Sanya Dinda)
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto dalam penutupan The 6th ASEAN-Italy High Level Dialogue, Rabu (6/7/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)

HARIAN MERAPI - Pemerintah Indonesia didorong kerja sama dengan sektor swasta AS, sebab pemerintahan Joe Biden masih ragu-ragu dalam segala hal.

"Pemerintahan Biden masih terlalu ragu-ragu dalam segala hal, sehingga saya tidak terlalu membayangkan ini akan bisa cepat," kata pakar ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi, di Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Menurutnya, perusahaan swasta lebih berpeluang masuk ke Indonesia dibanding pemerintahan.

Baca Juga: Dua perusahaan farmasi dicurigai salahgunakan bahan baku obat sirop, BPOM : Ada unsur kesengajaan

"Jadi pendekatannya harus lebih ke bisnis sih, ketimbang hanya ke pemerintah AS," tandas Fithra.

Dia mengemukakan, pemerintah patut merealisasikan pemindahan basis produksi utama dari China ke Indonesia.

Indonesia saat ini punya kelebihan input produksi sebagai dampak dari hilirisasi produksi yang dibutuhkan oleh industri.

"Seharusnya investasi ke depan bisa lebih banyak kita terima karena negara-negara di Barat, AS, EU juga sama seperti China, sedang kelimpungan mencari sumber daya," tegasnya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, penyidik Direskrimum Polda Jatim kembali periksa Direktur Operasional PT LIB Soedjarno

Menurutnya, Indonesia dan ASEAN mendapati keuntungan atas dua faktor selama pandemi dan usai pandemi, yakni China Factor dan Relocation Factor.

Ekonomi China memang pulih lebih cepat dibanding negara lain, namun industri China masih belum optimal sehingga membutuhkan input produksi dari negara-negara di ASEAN. Sedangkan relocation factor terjadi pada negara selain China, seperti AS, EU, Jepang.

Negara-negara itu cenderung ingin memperlebar portofolio produksi dan investasi. Menurut Fithra, selama ini negara tersebut tergantung dengan China dalam jaringan rantai pasokan global (global supply chain network).

Baca Juga: Kasus gagal ginjal akut, Komnas HAM : Harus ada yang bertanggung jawab atas peristiwa ini

Tetapi karena risiko selama pandemi dan geopolitik membuat hal yang terlalu terkonsentrasi menjadikan mitigasi risiko menjadi lebih sulit dilakukan.

"Sehingga mereka sekarang tidak hanya mengejar efisiensi, tapi juga resiliensi. Mereka melebarkan portofolio produksi dan investasi justru ke ASEAN, dalam konteks ini Indonesia," tegasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X