YOGYA (HARIAN MERAPI) - 22 April ditetapkan sebagai Hari Bumi Sedunia. Peringatan Hari Bumi dibuat guna meningkatkan kesadaran publik akan polusi, kualitas air, spesies yang terancam punah dan hal lain yang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak bisa dipungkiri, semakin hari bumi semakin mengalami banyak ancaman lingkungan. Tingkat polusi yang tinggi, terutama di Indonesia yang menempati peringkat ke
64 dalam Worldwide Air Quality: Air Quality Rankings oleh https://aqicn.org/.
Perhatian khusus sangat dibutuhkan guna menahan penurunan kualitas udara di Indonesia. Salah satu cara untuk menjaga kualitas udara di Indonesia tetap sehat adalah dengan mengurangi penebangan hutan. Penebangan hutan masih berkaitan dengan kebutuhan pengolahan kayu menjadi kertas, dimana satu batang pohon berusia 5 tahun diperlukan untuk bisa memproduksi 1 rim kertas. Sedangkan kebutuhan kertas di Indonesia masih berada di angka 5,6 juta ton pertahun. Banyaknya kayu yang harus ditebang demi memenuhi konsumsi kertas sudah harus mulai diperhatikan, dimulai dari mengatur pola konsumsi kertas.
Mengatur pola konsumsi kertas sudah mulai dilakukan Cabaca sejak tahun 2017. Sebagai salah satu penerbit yang memilih platform digital untuk menerbitkan buku-bukunya, Cabaca terlebih dahulu mengkampanyekan “go green” dengan tidak mencetak buku yang diterbitkan. Sampai saat ini, Cabaca sudah menerbitkan lebih dari 300 judul buku secara digital. Jika diasumsikan satu buku terjual 3000 eksemplar, maka dapat diilustrasikan sendiri seberapa banyak kertas yang dibutuhkan untuk memenuhi pencetakan 300 judul buku.
Platform digital adalah salah satu alternatif yang digunakan untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan membaca buku tanpa harus menyumbang banyak angka dalam konsumsi kertas. Lintang Filia, salah satu Editor senior di Cabaca mengatakan bahwa dirinya sudah mengkurasi lebih dari 150 judul buku, rata-rata buku tersebut telah dibaca lebih dari 30.000 kali.
“Genre paling disukai di Cabaca saat ini adalah genre romance, pembacanya bisa mencapai puluhan ribu. Ide cerita di Cabaca kebanyakan adalah ide yang sederhana, dekat dengan kehidupan pembaca. Mungkin itulah yang membuat minat baca untuk genre yang mengangkat kisah cinta remaja, pencarian jati diri, hingga kehidupan pernikahan, masih sangat tinggi. ‘Pengemasan’ yang baik dengan gaya bahasa dan permasalahan hidup yang
lekat dengan pengalaman pembaca inilah yang membuat ide sederhana ini berubah menjadi sebuah cerita yang lebih menarik dan digemari,” ungkap Lintang yang ditemui saat mengisi acara Ramadan Cabaca sekaligus peringatan Hari Bumi pada (22/04/2021).
Lintang kemudian menambahkan bahwa tingginya minat dan keinginan membaca buku fiksi dengan genre romance tersebut, membuat Cabaca termotivasi untuk terus menerbitkan buku melalui platform digital. Terlebih dengan transaksi pembelian buku yang dilakukan secara cashless melalui transfer, pulsa dan e-wallet membuat platform digital semakin diminati pembaca.