-
Sosialisasi pembuatan pakan komplit (complete feed)
di kelompok ternak sapi Sido Rukun. SAAT musim kemarau seperti sekarang, beberapa kendala biasa dihadapi peternak sapi. Satu di antaranya sering kesulitan mendapatkan hijauan wujud rumput baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu harga konsentrat buatan pabrik masih dirasa tinggi oleh mayoritas peternak. Dua peternak sapi mewakili kelompok ternak sapi Sido Rukun di Sidokarto Sleman, Giyanto dan Supri pun merasakan hal demikian. Namun pihaknya merasa senang, sebab dua dosen Prodi Peternakan Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), yakni Ir Niken Astuti MP dan Dr Ir Sundari MP dengan dibantu beberapa mahasiswanya menggelar program kemitraan masyarakat (PKM) di Sido Rukun, antara lain memberi penyuluhan serta pelatihan membuat pakan komplit atau complete feed. “Bahan-bahannya untuk membuat mudah didapat. Dengan pakan komplit yang telah difermentasi daya simpannya bisa lebih lama dan bisa menjadi solusi ketika kesulitan mencari pakan hijauan maupun mahalnya harga pakan konsentrat buatan pabrik. Bahan yang dibutuhkan antara lain cukup jerami, merang, bekatul, tetes tebu serta starter,” ungkap Giyanto kepada Merapi, baru-baru ini. Menurut Sundari, di Sido Rukun, pihaknya juga menggelar PKM di kelompok ternak sapi Sido Manunggal yang masih satu desa dengan Sido Rukun. Segenap pengurus harian dari kedua kelompok ini merasa senang serta sangat mendukung kelompoknya diberi penyuluhan dan pelatihan teknologi pakan. Apalagi permasalahan umum di desa ini adalah lahan khusus untuk penanaman hijauan makanan ternak sangat terbatas dan belum cukup untuk pemberian pakan di sepanjang tahun terutama di musim kemarau, serta kurangnya pengetahuan dan teknologi / manajemen pemanfaatan potensi limbah pertanian (pengawetan serta formulasi pakan komplit). Kelangkaan hijauan pakan ternak mengakibatkan beberapa peternak harus membeli pakan konsentrat buatan pabrik yang cukup mahal, menyebabkan ongkos produksi meningkat. Demikian pula jika peternak akan membuat stok pakan fermentasi (pakan komplit) maka harus pula membeli starter mikroba dan aditif lainnya yang cukup mahal. “Antusias dari para anggota kelompok ternak sapi juga tinggi, baik saat mengikuti penyuluhan dan pelatihan sampai sosialisasi yang rutin kami berikan di tengah kesibukan mereka,” papar Sundari. Adapun target khusus yang akan dicapai, antara lain peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mitra dalam mengatasi kelangkaan hijauan makanan ternak. Tak ketinggalan dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pakan sepanjang tahun melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan, misalnya tentang, manajemen penanaman dan pemanenan hijauan makanan ternak, teknologi pembuatan hay, pembuatan starter mikroba untuk fermentasi pakan, formulasi ransum komplit untuk sapi serta manajemen penggudangan pakan. Pelaksanaan seluruh program ini mendapat bantuan dana dari Kemenristek-Dikti Rp 43 juta, disamping dari dana mandiri para pengabdi dan dari anggota kelompok ternak. “Program ini muncul guna membantu para peternak sapi yang mengalami beberapa permasalahan utamanya tingginya harga pakan konsentrat buatan pabrik dan sulitnya mendapatkan hijauan pakan ternak dengan kuantitas dan kualitas yang baik, terlebih pada musim kemarau. Padahal pakan merupakan komponen terbesar mencapai 50 sampai 70 persen dari total biaya produksi dalam budidaya ternak sapi,” tegasnya. (Yan)