Panahan Tradisional Perluas Persaudaraan

photo author
- Rabu, 1 November 2017 | 10:24 WIB
Butuh konsentrasi tersendiri saat bermain panahan tradisional
Butuh konsentrasi tersendiri saat bermain panahan tradisional

TEMPAT berlatih panahan tradisional atau jemparing bisa ditemukan di beberapa lokasi. Jika ingin berlatih maupun mengikuti lomba jemparing, semua peserta mengenakan pakaian tradisional. Saat memanah sasaran pun dengan duduk bersila.

Menurut salah satu pengurus Guyub Jemparing Siliran (GJS), Sularto (Tito), lapangan GJS di kawasan Panembahan Kraton Yogya termasuk rutin didatangi peminat panahan tradisional. Mulai dari anak-anak sampai lansia cukup antusias belajar memanah. Pihaknya siap mendampingi peserta latihan setiap hari, yakni pagi antara pukul 09.00 sampai 13.00 dan sore hari selepas Ashar sampai Maghrib. Peserta tak dipungut biaya, cukup memberikan infak seikhlasnya di kotak yang telah tersedia.

"Khusus Minggu Kliwon kami dari GJS menggelar lomba jemparing terbuka untuk masyarakat. Pemenang biasa mendapat paket sembako seperti beras, minyak goreng, mi dan gula," ungkap Tito, baru-baru ini.

Diharapkan dengan  rutin mengikuti latihan bersama maupun lomba di GJS akan mampu memperluas persaudaraan serta mempererat silaturahmi. Selain itu dengan panahan akan mampu melatih daya konsentrasi, kian semangat menjaga kesehatan atau stamina badan serta menjadi bagian olah rasa. Khususnya saat ada lomba jemparing, setiap peserta mengikuti sampai 20 babak  atau rambahan.

Setiap babaknya peserta melepaskan empat anak panah ke sasaran (bandul). Bandul berbentuk silinder dengan panjang 30 sentimeter dan diameternya lima sentimeter. Bagian atas bandul berwarna merah atau sering disebut kepala (panjang tiga sentimeter). Ketika anak panah menancap di  kepala (warna merah) mendapat tiga poin. Jika anak panah menancap di bandul warna putih mendapat satu poin.  Setelah selesai 20 babak, semua poin ditotal yang paling banyak layak juara, namun ada juga tak mendapat poin atau disebut zonk.

"Kadang ada yang jumlah total poin sama, sehingga perlu dihitung sasaran yang mengenai di kepala bandul," tandasnya.

Seperti halnya saat digelar lomba jemparing di GJS pada bulan ini, Afrida asal Sleman dan Prasetya B (Andung) asal Yogya sama-sama mengumpulkan poin 18. Namun Afrida lebih banyak mengumpulkan nilai yang mengenai kepala bandul, sehingga menjadi juara I. Juara II diraih Andung dan III Jarot asal Yogya. Jarot sendiri masih tercatat sebagai karyawan swasta di Kalimantan, tapi setiap libur di Yogya selalu menyempatkan main panahan tradisional.

"Di Kalimantan terutama Banjarmasin dan Samarinda juga muncul tempat latihan panahan tradisional. Peserta menggunakan pakaian tradisional di sana," ungkap Jarot.

Afrida menambahkan, saat mengikuti panahan tradisional paling banyak total poin yang dikumpulkan sampai 23. Beberapa hal penting diterapkan agar mendapat banyak poin, misalnya berusaha selalu fokus/konsentrasi, latihan kontinyu serta terprogram. Selain itu kesehatan selalu dijaga termasuk rutin olahraga,seperti joging, renang dan tenis meja. (Yan)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X