solo

Polwan Polres Sukoharjo Ikuti Pelatihan Bahasa Isyarat untuk Pelayanan Penyandang Disabilitas

Kamis, 19 Agustus 2021 | 06:25 WIB
Ilustrasi bahasa isyarat. (Dok. Antara)

SUKOHARJO, harianmerapi.com - Polwan Polres Sukoharjo mengikuti pelatihan bahasa isyarat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyebarluasan informasi dan mempermudah pelayanan khususnya kepada penyandang disabilitas.

Pelatihan dilakukan dengan mendatangkan langsung tenaga dari Yayasan Sekolah Luar Biasa (SLB) ABC Tawangsari.

Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Rabu (18/8) mengatakan, Polres Sukoharjo menggelar pelatihan bahasa isyarat yang diikuti Polwan. Kegiatan digelar di ruang Panjura Mapolres Sukoharjo.

Total ada 23 Polwan berpangkat Bripda dan Briptu mengikuti pelatihan bahasa isyarat. Pelatihan bahasa isyarat diberikan oleh Wirahayu dan Diah dari Yayasan SLB ABC Tawangsari.

Baca Juga: LIB-PSSI Belum Pastikan Stadion dan Laga Perdana Liga 1

Kapolres menjelaskan, maksud dan tujuan kegiatan ini dilakukan dimana Polri sebagai pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat harus dapat menjalin komunikasi dengan seluruh lapisan dan berbagai elemen masyarakat.

Untuk mempermudah dan bisa memahami semua berita atau informasi yang disampaikan khususnya kepada masyarakat penyandang disabilitas tunarungu dan tunawicara sehingga informasi tersebut bisa diterima secara keseluruhan oleh masyarakat.

Pelatihan bahasa isyarat ini juga merupakan salah satu implementasi dari roadmap program prioritas Kapolri untuk transformasi menuju Polri yang Presisi yaitu dengan membangun sarana dan prasarana yang berorientasi pada HAM dan kelompok rentan seperti perempuan, anak dan berkebutuhan khusus.

Baca Juga: Polda Jateng Gelar 'Aku Sedulurmu', Porinti Bantu Anak Yatim Piatu Covid-19 Sebesar Rp 250 Juta

Pelatihan bahasa isyarat juga sekaligus termasuk penyiapan personel Polri yang mampu dan mahir dalam penguasaan bahasa isyarat.

Kapolres menjelaskan, menurut survey yang dilakukan oleh Ethnologue, terdapat 2000 pengguna Bahasa Isyarat Indonesia atau disingkat menjadi BISINDO. Sedangkan hasil sensus Departemen Kesehatan pada tahun 1996 di tujuh provinsi menunjukkan sekitar 0,4 persen warga Indonesia mengalami tuli dan 16,8 persen mengalami gangguan pendengaran.

Jika persentase ini masih sama dengan saat ini, maka terdapat sekitar satu juta warga Indonesia mengalami ketulian dan 43,8 juta mengalami gangguan pendengaran.

Baca Juga: Bupati Sukoharjo Sampaikan Pengantar Nota Keuangan Rancangan Perubahan APBD 2021, Estimasi Pendapatan Naik

Selain itu, data WHO pada tahun 2001 menunjukkan setidaknya 5000 bayi tuli lahir di Indonesia setiap tahunnya. Merujuk pada data tersebut, maka dengan menguasai bahasa isyarat, diharapkan Polwan menjadi lebih peduli dan sensitif terhadap suasana sekitar terutama tunarungu.

"Pelatihan bahasa isyarat ini membuat Polwan lebih peka terhadap ekspresi wajah serta gerakan tubuh orang lain. Polwan juga bisa mengetahui kesulitan serta perjuangan para tunarungu dan aktivitis untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif," ujarnya. *

Tags

Terkini