HARIAN MERAPI - Ketika semakin banyak sekolah di tanah air yang melarang siswanya memainkan lato-lato di lingkungan sekolah, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) justru menyelenggarakan lomba permainan tersebut.
Lomba lato-lato yang diselenggarakan UMP, Minggu 915/1/2023) tersebut diiringi dengan kegiatan edukasi mengenai permainan tradisional di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Sebanyak 252 peserta dari berbagai daerah di Pulau Jawa mengikuti kegiatan tersebut, yang berlangsung di halaman Kantor Pusat UMP, Kampus 1 Ahmad Dahlan, Purwokerto.
Baca Juga: Lima kota di Indonesia bisa jadi pilihan Anda untuk jalan-jalan isi liburan tahun 2023
Peserta lomba lato-lato yang antara lain berasal dari Banyumas, Cilacap, Yogyakarta, Solo, Jakarta, dan Purbalingga meliputi pelajar tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi serta anggota masyarakat umum.
Seluruh peserta lomba lato-lato diwajibkan memakai helm serta menjaga jarak aman dengan peserta lainnya.
Di samping mengadakan lomba, UMP menyelenggarakan kegiatan bertajuk "Edukasi Permainan Tradisional Lato-Lato, Bagaimana Peran Orang Tua dan Sekolah serta Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas".
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UMP itu diisi dengan pemaparan mengenai cara bermain lato-lato yang baik dan aman.
Rektor UMP Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso mengemukakan bahwa perguruan tinggi berupaya menyampaikan edukasi mengenai penggunaan lato-lato secara aman.
"Memberikan pesan edukasi kepada mereka supaya lato-lato tetap menyenangkan, sehat, dan aman," katanya.
Menurut dia, lato-lato dapat menjadi salah satu alternatif permainan yang menggabungkan psikomotorik, afektif, dan pengetahuan.
Dia berharap kepopuleran lato-lato bisa mendorong orang untuk kembali memainkan permainan-permainan tradisional yang lain, sehingga tidak hanya terpaku pada permainan digital saja.
Baca Juga: Turunnya wahyu Raja Mataram Islam berawal dari wangsit gaib Sunan Kalijaga, begini kisahnya
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengatakan bahwa dinas hingga saat ini belum merasa perlu melarang anak-anak sekolah bermain lato-lato.