Empat sayap pada tiang Masjid Saka Tunggal Cikakak Banyumas melambangkan 'Papat Kiblat Lima Pancer'

photo author
- Sabtu, 27 September 2025 | 20:00 WIB
Tiang tunggal yang menyangga Masjid Saka Tunggal Cikakak. (Jatengprov.go.id)
Tiang tunggal yang menyangga Masjid Saka Tunggal Cikakak. (Jatengprov.go.id)

HARIAN MERAPI - Di Masjid Saka Tunggal Cikakak, Wangon, Banyumas, aa ritual Ganti Jaro, yakni ritual mengganti pagar bambu keliling masjid saka tunggal.

Ritual ini diikuti oleh seluruh warga desa Cikakak. Dalam ritual yang mereka sebut ganti Jaro Rajapine.

Saat membuat pagar ada beberapa pantangan yang harus ditaati. Mereka dilarang berbicara dengan suara keras serta tidak boleh menggunakan alas kaki. Sehingga yang terdengar hanya pagar bambu yang dipukul.

 Baca Juga: Di halaman Masjid Saka Tunggal Cikakak Banyumas masih berdiri kokoh dan aktif menjadi tempat ibadah

Karena melibatkan ratusan warga, hanya dalam waktu 2 jam pagar sepanjang 300 meter ini selesai.

Selain bermakna kebersamaan dan gotong royong, tradisi ganti Jaro Rajab ini bagi warga di sini dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia. Pagar bambu ini selain mengelilingi Masjid Saka Tunggal juga makam Nyai Toleh. Seorang penyebar agama di Banyumas.

Sejumlah utusan dari kraton Surakarta dan Ngayogjogkarta Hadiningrat ikut ambil bagian dalam acara ini dengan memanjatkan doa di makam, sebagai rasa syukur.

Ritual ganti Jaro Rajab ini kemudian diakhiri dengan prosesi arak arakan 5 gulungan yang berisi nasi tumpeng ini kemudian diperebutkan warga karena dipercaya bisa memberikan berkah.
Salah satu keunikan Saka Tunggal adalah empat helai sayap dari kayu di tengah saka.

 Baca Juga: Masjid Saka Tunggal Cikakak Banyumas di prasasti tertulis dibangun pada tahun 1288 Masehi

Empat sayap yang menempel di saka tersebut melambangkan papat kiblat lima pancer , atau empat mata angin dan satu pusat.

Papat kiblat lima pancer berarti manusia sebagai pancer dikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air, dan bumi.

Saka tunggal itu perlambang bahwa orang hidup ini seperti alif, harus lurus. Jangan bengkok, jangan nakal, jangan berbohong. Kalau bengkok, maka bukan lagi manusia.

Dilansir laman islamic-center.or.id, empat mata angin itu berarti bahwa hidup manusia harus seimbang.

Baca Juga: Adab dan kewajiban terhadap Al-Qu’ran

Jangan terlalu banyak air bila tak ingin tenggelam, jangan banyak angin bila tak mau masuk angin, jangan terlalu bermain api bila tak mau terbakar, dan jangan terlalu memuja bumi bila tak ingin jatuh.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: islamic-center.or.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X