HARIAN MERAPI - Meski kondisi cuaca sebagian "Kota Kretek" Selasa (3/1) cukup cerah, namun desa dan warga terdampak banjir di wilayah Kabupaten Kudus justru bertambah.
Menurut Ketua Daerah Irigasi (DI) Klambu- Wilalung, Akrab, hal itu disebabkan adanya kiriman air dari hulu sungai di lereng Pegunungan Muria setelah kawasan itu diguyur hujan pada Senin malam. Air yang mengalir melalui Sungai Piji dan Sungai Dawe masuk dan bermuara ke Sungai Juwana.
Di saat sama Sungai Juwana mendapatkan limpahan air dari Sungai Londo yang datang dari daerah Taruman Kecamatan Klambu Grobogan, serta limpasan air dari Sungai Serang.
Baca Juga: Jika anak Anda tidak mau bersekolah setelah liburan, itu tandanya dia mengalami masalah di sekolah
Sementara aliran air di Sungai Juwana penuh tidak dapat keluar karena laut pasang. Akhirnya terjadi backwater, dimana air terbendung tidak dapat masuk ke laut dan kembali ke sungai- sungai kecil dan lari ke dataran rendah di wilayah Kudus, hingga terjadi limpasan dan banjir.
"Jadi jangan heran kalau Kudus kota dan sekitar tidak hujan, tetapi genangan bertambah. Itu karena kawasan atas lereng Muria hujan, ditambah datangnya air dari kawasan Pegunungan Kendeng dan Klambu Grobogan yang masuk ke Sungai Juwana melalui Sungai Londo," terangnya.
Sebenarnya sudah ada beberapa desa di Kudus yang genangannya sudah surut dan keluar dari zona banjir, seperti Desa Garung Kidul Kecamatan Kaliwungu. Namun terdapat desa lain yang sebelumnya aman kini malah ikut tergenang yaitu Desa Blimbing Kidul (Kaliwungu) dan beberapa desa di Kecamatan Undaan.
Berdasar update data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus, Selasa (3/1/2023) sore, jumlah desa terdampak banjir bertambah menjadi 23 desa dari sebelumnya 21 desa. Desa terdampak tersebar di lima kecamatan, yakni Jati (5 desa), Mejobo (7 desa), Jekulo (3 desa), Kaliwungu (4 desa) dan Undaan 4 desa. Sedang total jumlah warga terdampak yang sebelumnya tercatat 27.554 jiwa, kini bertambah menjadi 28.707 jiwa (8.875 KK).
"Dari seluruh warga terdampak, yang mengungsi sebanyak 294 kepala keluarga (KK) terdiri dari 805 jiwa," ujar Mundir, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kudus.
Menurutnya, banjir tak hanya menggenangi pemukiman warga, tetapi juga menenggelamkan 8.811 hektar area pertanian. Untuk ketinggian genangan bervariasi mulai 30 cm hingga 70 cm. Daerah genangan paling tinggi mencapai 70 cm terjadi di Desa Payaman dan Desa Gulang (Mejobo), Bulungcangkring (Jekulo), serta Setrokalangan, Banget, Kedungdowo dan Blimbing Kidul Kecamatan Kaliwungu.
Baca Juga: Seorang penumpang terjatuh saat kereta melaju, PT KAI : Tidak ada unsur kelalaian petugas
Selain itu Desa Pasuruhan lor, Jati Wetan, Jati Kulon, Jetis Kapuan dan Tanjungkarang (Jati). Bahkan di Dukuh Gendok, Barisan dan Tanggulangin Desa Jati Wetan genangannya lebih tinggi antara 80 cm hingga 100 cm. Sedang di Kecamatan Undaan genangan tertinggi yaitu Desa Karangrowo mencapai 130 cm. Tiga desa lainnya, Ngemplak, Undaan lor dan Wates ketinggian air relatif rendah 40 cm.
Bencana banjir yang sudah terjadi selama empat hari sejak Sabtu (31/12), membangkitkan simpati dari berbagai kalangan. Bantuan bahan makan pun deras mengalir. Salah satunya dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Kudus. Bantuan kemanusiaan yang disalurkan berupa bahan makanan
berupa beras, telur, minyak goreng, gula, dan mie instan. Bantuan diserahkan kepada Kepala Desa Jati Wetan Agus Susanto, yang wilayahnya terdampak cukup parah.
"Bantuan ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab, komitmen dan kepedulian BPJS Kesehatan terhadap korban bencana banjir melalui program Organization Social Responsibility (OSR)," kata Pejabat Pelaksana Sementara (PPS) Kepala BPJS Kesehatan Cabang Kudus, Titis Wiarti.