Sementara itu, Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai ungkapan Zulhas hanya sebatas komunikasi politik.
Ucapan itu bisa diartikan sebagai pengingat bahwa Gerindra, PAN, dan PKS pernah berada dalam satu gerbong pada Pilpres 2019 ketika mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Koalisi antara ketiga parpol itu juga terbuka kemungkinan bisa terbangun.
"Menurut saya ini soal komunikasi politik saja bahwa ini juga terkait bagaimana kemarin Gerindra dan PKS pernah dalam satu bahtera koalisi mengusung Prabowo pada Pilpres 2019. Artinya ini hanya mengingatkan kembali ada kemungkinan besar koalisi ini bisa terbangun," terangnya.
Meski demikian, Herry menilai Gerindra sulit bergabung dengan KIB karena Gerindra sudah mempunyai figur yang kuat dengan elektabilitas tinggi.
Baca Juga: Empat orang ditetapkan tersangka pengeroyokan tukang parkir di Pasar Kembang
"Tentunya Gerindra tidak akan gampang begitu saja bergabung dengan KIB. Karena jelas mereka mempunyai figur kuat yakni Prabowo Subianto," lanjutnya.
Menurutnya, partai yang terbuka kemungkinan untuk bisa bergabung dengan KIB adalah PKS. Partai itu belum mempunyai figur untuk dicalonkan sehingga lebih mudah untuk bergabung dengan koalisi lain.
"Justru saya pikir bahwa kemungkinan besar yang bisa bergabung dengan KIB adalah PKS. Karena secara elektabilitas maupun figur, PKS tidak memiliki figur atau tokoh yang dapat diusung. Sehingga ke mana pun PKS bisa masuk, baik KIB atau di luar KIB," pungkasnya.(*)