JUJUR itu adalah fondasi untuk menentukan berhasil atau tidak jalannya sebuah roda organisasi pemerintahan. Undang-undang dan perangkat peraturannya sudah sedemikian bagusnya, dibuat dengan idealisme yang terbaik tetapi operator di lapangan tidak jujur maka peraturan hanya akan tinggal menjadi peraturan saja. Kita ketahui bersama, bahwa saat ini kita sedang mengalami krisis kejujuran yang luar biasa. Berapa banyak orang-orang yang berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah tetapi tidak mendapatkannya hanya karena permainan sistem pendataan di tingkat bawah.
Kita juga sering melihat untuk mendapatkan stempel dalam pengurusan sistem administrasi , di setiap loket harus membayar atau ada kotak sumbangan. Padahal regulasinya menggariskan zero cost alias gratis. Atau jika ada antrian…yang kenal dengan perangkat atau aparat akan didahulukan. Sementara yang tidak kenal siapa-siapa harus menunggu berjam-jam. Nah, bayangkan jika perangkat regulasinya sendiri di buat oleh orang-orang yang back groundnya sejak awal memang sudah tidak jujur.
Maraknya OTT (Operasi Tangkap Tangan) oleh KPK terhadap para wakil rakyat juga tidak lepas dari berbagai proses penyusunan peraturan, penyusunan kebijakan anggaran dan lain sebagainya. Rezim boleh berganti…tetapi tanpa kehadiran orang-orang yang jujur, maka rakyat hanya akan terus menjadi korban dari berbagai kebijakan itu. Diperebutkan setiap momentum pemilu dan pilkada…dan setelah itu ditindas habis-habisan, digusur ke sana ke mari tanpa kepastian setelah pejabat dan wakil yang mereka pilih sendiri berkuasa.
Diriwayat dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga…”{H.R.Muslim}
Sebagai rakyat kita memiliki kesempatan untuk membentuk pemerintahan yang jujur dan adil. Memilih kepala-kepala daerah yang jujur dan adil melalui media PILKADA. Seorang kepala daerah yang jujur akan memilih pembantu-pembantu yang jujur. Kita juga memilih kesempatan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang jujur sebagai kontrol terhadap kekuasaan eksekutif. Tinggal apakah kita mau melakukannya atau tidak…? Masa depan bangsa yang kita cintai ini ada di tangan kita semua, maka mari kita ber-istikharah untuk memilihkan yang terbaik bagi bangsa dan Negara ini. Wallahu A’lamu bishawwab. *