news

Protes Penutupan Perlintasan KA Janti, Warga Ancam Blokir Jalan Kampung

Rabu, 1 November 2017 | 13:15 WIB
Seorang warga menerobos mengangkat sepeda melalui penutup perlintasan kereta di bawah Jembatan Layang Janti

BANGUNTAPAN (MERAPI) - Warga di sekitar Jembatan Layang Janti di perbatasan Sleman dan Bantul memprotes ujicoba penutupan perlintasan kereta api di bawah Jembatan Layang Janti, Banguntapan, Bantul, Selasa (31/10). Mereka mengancam akan memblokir gang-gang kampung karena khawatir dijadikan jalan tikus pascapenutupan perlintasna KA tersebut.

Secara resmi, perlintasan KA di bawah jembatan layang janti ditutup sejak Selasa dinihari. Penutupan ini bagian dari proyek penutupan tiga perlintasan di bawah jalan layang di Yogyakarta. Selain Janti, target penutupan selanjutnya adalah perlintasan di bawah jembatan Layang di Sentolo. Sedang penutupan perlintasan bawah Jembatan Layang Lempungangan masih dikaji lagi.

Penutupan perlintasan kereta api itu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan PP Nomor 56 Tahun 2009 tentang Perkeretaapian. Dalam peraturan itu, perlintasan sebidang dapat ditutup apabila tidak memiliki izin atau dapat mengganggu keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan. Penutupan perlintasan dilakukan dengan mempertimbangkan aksesibilitas masyarakat.

Penutupan akses di bawah jembatan layang Janti ditandai dengan pembangunan beton dan potongan bambu pada Selasa dinihari. Aksi penutupan itu dijaga ketat aparat.

Protes warga kemudian terjadi pada Selasa siang. Warga berkerumun di sekitar perlintasan kereta api bawah Jembatan Layang Janti. Teriakan dan tepuk tangan warga pecah saat ada beberapa warga yang nekat menerobos, seperti saat seorang kakek mengangkat sepedanya melompati pembatas.

Ketua Rt 10 Pedukuhan Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Dulhadi menyayangkan tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah terkait penutupan ini. Menurutnya, warga mengetahui rencana ini hanya sebatas melalui spanduk pemberitahuan yang dipasang tidak jauh dari pos perlintasan. Selain itu, pemberitahuan penutupan perlintasan hanya disampaikan kepada beberapa orang di kantor kelurahan setempat. Dulhadi mengaku sempat menerima undangan sosialisasi penutupan perlintasan tanggal 20 Oktober 2017 yang lalu. "Undangannya antisipasi penutupan,  ya saya tidak mau datang.  Kabarnya yang datang pun banyak yang walkout karena tidak setuju," jelasnya.

Dulhadi menanyakan kajian yang seharusnya dilakukan sebelum penutupan perlintasan ini. Menurutnya, keputusan penutupan ini tanpa melalui kajian terlebih dahulu, termasuk tanpa adanya permohonan persetujuan dari warga sekitar. Dalam spanduk pemberitahuan tertulis ujicoba penutupan perlintasan ini dilakukan selama satu bulan hingga 26 November 2017. Namun menurut Dulhadi, dalam inspeksi mendadak yang dilakukan DPRD DIY kemarin, dewan meminta agar ujicoba ini dilakukan selama tiga hari saja. "Jangankan tiga hari, ini baru satu hari sudah kacau seperti ini," tandasnya.

Lebihlanjut Dulhadi menyatakan warga akan menunggu hingga tiga hari ke depan. Jika penutupan perlintasan tidak dibuka, warga akan memasang portal di setiap gang sekitar perlintasan.  Hal ini sebagai langkah agar jalan kampung tidak digunakan oleh pengendara sebagai jalur alternatif. Bahkan bukan tidak mungkin warga akan membuat polisi tidur di sepanjang jalan kampung. "Kalau ditutup pasti nanti banyak yang lewat jalan kampung, kalau jalannya rusak siapa yang mau tanggungjawab," pungkasnya.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY Sigit Sapto Raharjo mengatakan, penutupan perlintasan itu akan diujicoba selama sebulan untuk melihat dampak terhadap lalu lintas sekitar. Namun penutupan itu dipastikan akan diterapkan secara permanen. “Penutupan perlintasn dilakukan tadi malam (Senin (30/10). Kita nanti satu bulan (penutupan) ada evaluasi. Kita akan melihat traffic transport-nya seperti apa. Ujicoba satu bulan dampaknya ke lalu lintas bagaimana,” kata Sigit Sapto Raharjo kepada Merapi, Selasa (31/10).

Dia memastikan penutupan perlintasan di bawah jembatan layang itu tetap akan dilakukan secara permanen. “Itu yang perlu dievaluasi dampaknya. Kalau nanti tidak berpengaruh, kita teruskan (penutupan). Kalau berpengaruh, nanti kita evaluasi bagaiman untuk jalan keluarnya. Penutupan nanti akan permanen,” paparnya. Terkait protes warga yang tak bisa lagi melintas di bawah jembatan, Sigit mengatakan ada jalan lain yang masih dapat diakses warga. Misalnya di sisi barat ada perlintasan jalan Sorowajan ke utara.

Pengurus Paguyuban Pedagang Bawah Flyover Janti, Sukardi menambahkan, sedikitnya ada 50 pedagang yang selama ini meraup rupiah dari pengendara yang melintas di bawah Jembatan Layang Janti. Dengan diputusnya akses jalan ini,  mereka khawatir omset dagangannya akan turun derastis. Sukardi yang setiap hari menggelar lapak kulinernya di bawah Jembatan Janti ini mengatakan hampir semua pedagang menolak penutupan akses ini. "Pedagang kuliner ada 50. Mereka menghidupi keluarga, belum lagi pedagang di barat dan timur jalan ini. Usaha mereka terancam," imbuhnya.(C1/Tri)

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB