news

PERINGATI 7 TAHUN ERUPSI MERAPI - Relawan Nyekar di Makam Tutur Priyanto

Senin, 30 Oktober 2017 | 09:52 WIB
PERINGATI 7 TAHUN ERUPSI MERAPI

KASIHAN (MERAPI) - Tujuh tahun silam, debu erupsi Gunung Merapi menyelimuti Yogyakarta dan sekitarnya selama beberapa hari. Letusan besar tanggal 26 Oktober 2010 itu membuat ribuan warga mengungsi dan puluhan orang menjadi korban jiwa.  Namun,  bagi para relawan,  beberapa korban gugur merupakan pahlawan yang semangatnya terus menjadi motivasi perjuangan kemanusiaan.  Salah satunya adalah almarhum H Tutur Priyanto, relawan PMI Bantul. Dalam peringatan tujuh tahun erupsi Gunung Merapi,  para relawan dari berbagai komunitas nyekar dan ziarah di pusara relawan yang gugur bersama Juru Kunci Merapi saat itu, Mbah Marijan, dan Reporter Vivanews.com, Yunianto Nugroho.

Salah seorang relawan PMI Bantul,  Mario kepada Koran Merapi menyampaikan semangat kerelawanan alm Tutur Priyanto masih menjadi motivasi bagi para relawan.  Dia menceritakan sosok Tutur yang selalu menginspirasi melalui perjuangannya di setiap lokasi bencana.  Tidak hanya di DIY, Tutur diketahui pernah menjadi relawan di berbagai daerah bencana.  Sebut saja,  gempa Tasikmalaya, gempa bumi Jambi tahun 2009, dan banjir Bengawan Solo tahun 2007. Tutur yang juga menjabat sebagai Komandan Banser Kecamatan Kasihan saat itu bahkan harus mengeluarkan biaya sendiri untuk menanggung operasionalnya dan beberapa relawan yang lain. "Almarhum ini menembus batas, sebelum ada instruksi sudah berangkat karena penanganan kebencanaan butuh reapon cepat," ungkapnya, Jumat (27/10).

Mario menceritakan,  Tutur sebelumnya menjadi Koordinator Klinik Rehabilitasi Medik Gempa Bantul tahun 2006. Dalam tahap recovery korban gempa saat itu,  dia melihat kedekatan Tutur dengan para korban. Perhatian yang diberikan Tutur membuat program itu berhasil memperbaiki kondisi para korban yang mulai putus asa karena menderita cacat permanen. Meskipun mendapat dukungan penuh dari pemerintah, Tutur mengerahkan kemampuan yang dimilikinya. "Sampai sekarang mobil almarhum dipakai oleh teman-teman untuk armada tanggap bencana," sebut Mario.

Mario menambahkan, sosok besar Tutur Priyanto terbangun dari prinsip hidup yang dipegang teguh. Dia mengenal Tutur sebagai pemimpin dan relawan yang religius. Baginya, Tutur yang lahir pada 22 Juni 1974 itu seringkali lebih mementingkan menolong orang lain dibandingkan kebutuhan dirinya sendiri. Gugurnya Tutur pada 26 Oktober 2010 tentu menjadi pukulan bagi para relawan yang saat itu tengah berusaha menyelamatkan nyawa ribuan orang dari terjangan awan panas Merapi. "Beliau pernah bilang, seseorang akan mati tidak jauh dari kesenangannya,  dan almarhum meninggal saat sedang menjalankan tugas," ujarnya.

Ketua PMI Kabupaten Bantul, Wirmon Samawi mengakui sepak terjang Tutur Priyanto menurutnya lebih dari sekedar relawan.  Hampir setiap potensi dalam dirinya didedikasikan untuk kemanusiaan.  Bahkan disaat tidak ada bencana,  aktifitasnya cukup tinggi dalam kegiatan pelatihan penanganan bencana. PMI Bantul yang menjadi ruang pengambdian almarhum menurutnya bangga memiliki pahlawan kemanusiaan Tutur Priyanto. "Selama berjuang bersama saya bangga, seribu satu relawan yang seperti Mas Tutur," ungkap Wirmon.

Seorang relawan yang dikenal dekat dengan sosok Tutur, Desi Nur Anggraini menceritakan kejadian tujuh tahun silam tersebut.  Beberapa hari sebelum terjadi erupsi,  seluruh relawan sudah diperingatkan agar siaga jika sewaktu-waktu Merapi meletus.  Ribuan warga di lereng Merapi sudah dipindahkan di barak-barak dan pengungsian menjauhi radius bahaya.  Hari kedua status awas Merapi tanggal 26 Oktober 2010, beberapa warga Dusun Kinahrejo belum mengungsi termasuk Mbah Marijan. "Saya ingat saat itu Senin sore, almarhum naik ikut mengevakuasi warga," ungkap Desi.

Tutur berhasil mencapai dusun Kinahrejo bersama Reporter Vivanews.com, Yulianto Nugroho. Sementara relawan dari Bantul berencana menyusul petang hari menggunakan mobil Hartop milik Tutur. Desi mengatakan, almarhum Tutur berangkat menggunakan minibus APV dan berhasil mengevakuasi sejumlah warga yang berada di zona bahaya. Hingga menjelang magrib, Mbah Marijan masih belum bersedia untuk turun sehingga keduanya, Tutur Priyanto dan Yulianto Nugroho kembali ke Kinahrejo bermaksud menjemput juru kunci Gunung Merapi tersebut. Sekitar pukul 6 petang, Desi mengungkapkan almarhum Tutur sempat mengirimkan sms kepada relawan di Bantul mengabarkan bahwa Merapi sudah benar-benar meletus. "Setelah sms itu kami kehilangan kontak," sebutnya.

Tidak adanya kabar saat itu kemudian membuat para relawan berusaha mencari keberadaan Tutur. Berharap satu demi satu korban yang ditemukan bukanlah almarhum, para relawan langsung melakukan evakuasi selang beberapa jam pasca erupsi terakhir. Relawan kemudian menemukan Tutur menjadi korban bersama Mbah Marijan dan 26 korban lain yang tidak sempat menyelamatkan diri. Raut muka Desi seketika menunjukkan kesedihan yang mendalam mengingat kembali bagaimana pahlawan PMI ini harus meregang nyawa dalam tugasnya.  Pun begitu, menurutnya prinsip dan semangat Tutur terus menginspirasi para pejuang kemanusiaan. "Ketua PMI saat itu Pak Yusuf Kalla hadir dalam pemakaman almarhum, sosoknya menurut saya lebih dari seorang pahlawan," pungkas Desi. (C1)

 

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB