HARIAN MERAPI- Densus 88 Antiteror Polri menangkap 17 terduga terorisme di berbagai tempat di Sumatera.
Atas penangkapan tersebut, Lembaga Kajian Strategis Kepolisian (Lemkapi) memberi apresiasi yangn tinggi.
Jajaran Densus 88 juga dinilai telah bekerja keras siang dan malam untuk menjaga negeri ini dari ancaman terorisme.
Baca Juga: Jenazah Brigadir J telah dibawa ke rumah sakit untuk otopsi ulang, ini suasananya
"Kita apresiasi kerja keras seluruh jajaran Densus 88 Anti Teror Polri yang tidak pernah diam. Mereka siang malam menjaga negeri ini dari berbagai aksi teror," kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian (Lemkapi) Dr Edi Hasibuan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Para tersangka ini ditangkap di Aceh sebanyak 13 orang, Sumatera Utara tiga tersangka dan satu tersangka di Riau.
Tersangka yang ditangkap di Sumatera Utara dan Riau belum terindikasi tergabung dengan jaringan yang telah ada, sedangkan para tersangka yang ditangkap di Aceh tergabung dengan jaringan Jamaah Islamiah (JI) dan dua orang dari jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD).
Baca Juga: Mau nonton konser musik dan datang ke pertandingan olahraga di Stadion? Jaga diri tetap prokes
Edi Hasibuan mengatakan kinerja Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri cukup efektif mencegah dan menurunkan aksi terorisme di Indonesia karena kini mengedepankan pendekatan lunak (soft power).
"Selama dua tahun terakhir, kita melihat penegakan hukum dalam pemberantasan terorisme kini berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Pendekatan deradikalisasi yang menjadi program unggulan Densus 88 banyak diapresiasi," kata dosen hukum tindak pidana terorisme di Universitas Bhayangkara Jakarta ini.
Sebagai dampak penegakan hukum yang mengedepankan pembinaan kepada masyarakat ini, kata dia, situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) terjaga baik.
Baca Juga: Cara cek informasi laboratorium tes Covid-19, apakah sudah terafiliasi dengan Kemenkes atau belum
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan kepada wartawan di Jakarta, Senin mengatakan keterlibatan para tersangka antara lain latihan menembak untuk peperangan, menggalang dana untuk terorisme dan membantu para pelaku bom Polresta Medan pada 2019.*