4. Menjaga keharmonisan melalui tanggung jawab bersama. Berbagi tugas dan tanggung jawab: dalam urusan rumah tangga dan mengurus anak agar tidak terasa berat sebelah. Saling membantu: dalam berbagai situasi dan saling mengingatkan untuk kebaikan.
5. Jadikan agama sebagai prioritas. Utamakan ibadah dan nilai-nilai agama: dalam setiap perencanaan dan tindakan keluarga. Berserah diri kepada Tuhan: saat menghadapi kesulitan dan bersyukur dalam setiap keadaan, termasuk kebahagiaan dan kesempitan.
Faktor umum penyebab konflik keluarga: Komunikasi yang tidak efektif: (1)Miskomunikasi, kesalahpahaman, dan kurangnya komunikasi terbuka dapat menjadi sumber utama ketegangan,
(2) Perbedaan nilai dan pandangan hidup. Setiap individu memiliki nilai, prinsip, dan keyakinan yang berbeda, yang dapat menyebabkan konflik terutama dalam hal pengasuhan, gaya hidup, atau kepercayaan,
(3) Masalah keuangan: Stres akibat kesulitan ekonomi dapat memicu ketegangan dan pertengkaran dalam rumah tangga,
(4) Perbedaan pola asuh anak: Ketidaksepakatan mengenai cara mendisiplinkan, mengasuh, atau mendidik anak adalah penyebab umum konflik keluarga, seperti yang sering terjadi antara orang tua dan anak, atau antara pasangan tentang cara membesarkan anak,
(5) Pembagian tugas rumah tangga: Ketidakseimbangan atau ketidakjelasan dalam pembagian tugas rumah tangga dapat menimbulkan rasa tertekan atau tidak dihargai pada salah satu pihak. *