HARIAN MERAPI - Kebutuhan air bersih warga di lima desa di dua kecamatan terdampak kekeringan saat ini sepenuhnya sudah dijamin Pemkab Sukoharjo. Namun demikian, penanganan jangka panjang tetap dilakukan agar warga dapat mandiri memenuhi kebutuhan air bersih.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo sekarang sedang melakukan pemetaan titik pembuatan sumur dalam sebagai sumber pemenuhan air bersih warga untuk penanganan kekeringan saat musim kemarau.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Selasa (16/9) mengatakan, program sumur dalam khususnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga sebagai bentuk penanganan dampak kekeringan saat musim kemarau dari Pemkab Sukoharjo yang sudah berjalan sangat efektif. Sejak dua hingga tiga tahun terakhir pembuatan sumur dalam digencarkan dan mampu menekan jumlah desa terdampak kekeringan.
Keberhasilan tersebut seperti terlihat pada musim kemarau tahun ini. Salah satunya di wilayah Kecamatan Bulu dimana belum ada temuan satupun desa terdampak kekeringan. Padahal pada tahun sebelumnya saat masuk bulan September sudah ada warga terdampak kekeringan kekurangan air bersih. Warga sekarang sepenuhnya masih bisa memenuhi kebutuhan air bersih dari sumur di rumah dan sumur dalam bantuan Pemkab Sukoharjo.
Sumur dalam tersebut sengaja dibuat Pemkab Sukoharjo khususnya untuk membantu warga memenuhi kebutuhan air bersih rumah tangga. Namun demikian, air dari sumur dalam juga bisa digunakan untuk sektor pertanian dan peternakan. Termasuk fasilitas umum masyarakat seperti tempat ibadah, sekolah dan lainnya.
"Penanganan dampak kekeringan di lima desa di dua kecamatan saat ini sudah dijamin Pemkab Sukoharjo dengan mengirim bantuan air bersih. Tapi kedepan jangka panjang akan diprogramkan sumur dalam. Sekarang kami sedang melakukan pemetaan di titik mana akan dibangun," ujarnya.
Kondisi wilayah Kabupaten Sukoharjo mulai ditemukan kekeringan diketahui pada akhir Juli 2025. BPBD Sukoharjo menerima laporan warga di Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari kekurangan air bersih. Stok air bersih warga di sumur mengalami penurunan drastis dampak cuaca panas musim kemarau.
Baca Juga: Pembunuh Anggota Kodim 0707 Wonosobo Ditangkap, Warga Geruduk Mapolres Tuntut Pelaku Dihukum Mati
Pemkab Sukoharjo kemudian merespon cepat dengan mengirim bantuan air bersih untuk kali pertama dampak kekeringan tahun 2025 pada 25 Juli untuk warga Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari. Kondisi cuaca panas yang terus berlangsung hingga sekarang berdampak pada penambahan jumlah warga kekurangan air bersih.
BPBD Sukoharjo total mencatat ada 186 KK atau 553 jiwa warga Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari kekurangan air bersih. Pemkab Sukoharjo secara keseluruhan sudah menyalurkan sebanyak 29 tangki atau 145.000 liter air bersih untuk warga Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari.
"Jadi kekeringan akibat cuaca panas musim kemarau yang berdampak pada kondisi warga kekurangan air bersih sudah terjadi sejak akhir Juli 2025. Pemkab Sukoharjo mulai mengirim bantuan air bersih sejak 25 Juli 2025 di Kedungjambal, Tawangsari. Hingga saat ini total ada lima desa di dua kecamatan. Untuk Kecamatan Tawangsari ada satu desa yakni Desa Kedungjambal. Sedangkan untuk Kecamatan Weru ada empat desa yakni Desa Karangwuni, Desa Alasombo, Desa Karanganyar dan Desa Tawang," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo mencatat di Desa Karangwuni, Kecamatan Weru ada 47 KK atau 121 jiwa. Bantuan air bersih mulai dikirim Pemkab Sukoharjo kesana mulai 13 Agustus 2025 hingga sekarang total 19 tangki atau 95.000 liter air bersih. Desa Alasombo, Kecamatan Weru 95 KK atau 260 jiwa, bantuan air bersih mulai dikirim 20 Agustus 2024 hingga sekarang total 5 tangki atau 25.000 liter. Desa Karanganyar, Kecamatan Weru 30 KK atau 120 jiwa, bantuan air bersih mulai dikirim 3 September 2025 total 3 tangki atau 15.000 liter. Desa Tawang 70 KK atau 190 jiwa, bantuan air bersih mulai dikirim 8 September 2025 total 5 tangki atau 25.000 liter.
Baca Juga: BNPB Ingatkan Banjir di Bali Berpotensi Terulang di Masa Mendatang