HARIAN MERAPI - Suatu catatan sejarah tersendiri, akhir Februari 2025 lalu, pasangan suami istri dosen dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pengukuhan Guru Besar diselenggarakan di Ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM. Setelah itu dilanjutkan Tasyakuran di kompleks Wisma Kagama UGM.
Pasangan suami istri yang dikukuhkan menjadi Guru Besar tersebut, yakni Prof. drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKH UGM) dan Prof. Dr. drh. Agustina Dwi Wijayanti, M.P. (Ketua Departemen Farmakologi FKH UGM).
Saat pengukuhan, Prof. Agung yang juga dikenal sebagi juru dakwah (dai) menyampaikan pidato berjudul, Aplikasi Bioteknologi Reproduksi Veteriner dan Genetik Mapping dalam Peningkatan Kualitas dan Populasi Sapi di Indonesia.
Baca Juga: Viral seorang pria bobol kotak amal di Masjid Nurul Iman, begini komentar netizen...
Menurutnya, seleksi genetik pejantan pemacek, indukan sapi, pedet atau sapi dara akan memberikan kontribusi yang penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas genetik di sapi-sapi masyarakat.
“Bentuk teknologi reproduksi yang sudah, sedang, dan terus dikembangkan secara masif di Indonesia, yaitu inseminasi buatan, sinkronisasi birahi, dan genetik mapping,” ungkap Prof Agung.
Sedangkan Prof. Agustina dalam pidatonya menyampaikan tentang Peran Farmakokinetik dan Terapi Veteriner pada Kesehatan Global (One Health).
“Farmakokinetik veteriner memiliki kontribusi sebagai dasar penetapan takaran obat untuk hewan yang optimal, sehingga menghasilkan dosis efektif dan durasi pemberian obat untuk membunuh mikroba secara tuntas,” tegasnya.
Baca Juga: Miras oplosan renggut nyawa wanita muda, dari sini mereka mendapatkan miras
Ditambahkan Prof Tina, peran farmakokinetik bersama dengan farmakodinamika veteriner akan menghambat terjadinya AMR (Antimicrobial resistance) dengan memastikan mikroba akan terbunuh.
Selain itu mencegah terbentuknya strain resisten. Lalu dari sisi keamanan pangan, peran farmakokinetik veteriner adalah memberikan data terkait kecepatan eliminasi, waktu paruh obat serta withdrawal time (waktu henti obat).
“Bahkan untuk menetapkan batas residu maksimum obat-obatan yang digunakan untuk kesehatan hewan agar aman dikonsumsi,” jelas Prof Tina yang menikah dengan Prof Agung pada 9 April 1998 silam.
Sementara itu, ibu Prof Agung, Hj Djumanah yang tinggal di Moyudan Sleman dan mantan guru SMPN 1 Moyudan mengaku merasa sangat bersyukur, anak sulungnya serta menantunya menjadi Guru Besar di UGM.
Baca Juga: Remaja kelewatan, polisi kok dilawan, ini akibatnya