HARIAN MERAPI - Penyakit leptospirosis di Kabupaten Gunungkidul sampai dengan semester pertama tahun ini masih terjadi dan setidaknya hampir sama dengan tahun 2023 lalu.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mencatat saat ini terdapat 16 kasus leptospirosis dan semua dapat diatasi tanpa menimbulkan kematian.
Jumlah kasus tersebut hampir sama jumlahnya dengan angka kasus yang terjadi pada tahun 2021 lalu sebanyak 17 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 4 orang.
Baca Juga: Inilah faktor pemicu orang kecanduan judi online, salah satunya ingin peroleh uang secara instan
Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono mengatakan tren kasus leptospirosis cenderung fluktuatif selama beberapa tahun terakhir.
“Tidak adanya angka kematian yang tercatat selama semester pertama menjadi bukti deteksi dan indikator tata laksana penanganan kasus sudah cukup baik.” Katanya..
Dikatakan bahwa angka kasus leptospirosis sejak tiga tahun terakhir memang terjadi peningkatan.
Pada tahun 2021, jumlah kasus mencapai 17 kasus dengan empat kematian. Pada 2022, ada 34 kasus dengan lima kematian. Pada 2023, ada 84 kasus dengan empat kematian.
Baca Juga: Kabar dari IKN, air minum dan listrik siap dimanfaatkan untuk HUT RI di Nusantara
Sebanyak 17 kasus leptospirosis dengan empat kematian terjadi pada 2021. Jumlah tersebut meningkat pada 2022 di mana terdapat 34 kasus dengan lima kematian.
Sebanyak 16 kasus leptospirosis saat ini tersebar di Kapanewon Patuk, Ponjong, Karangmojo, Nglipar, Gedangsari, dan Tepus.
Sedangkan wilayah lokus leptospirosis meliputi Kapanewon Patuk, Ponjong, Karangmojo, Nglipar, Gedangsari, dan Tepus.
Baca Juga: Jawa Barat peringkat pertama jumlah anak terlibat judi online, nilai transaksinya wow!
“Kami telah memiliki beberapa program pengendalian kasus leptospirosis dengan meningkatkan peran Satgas One Health Kapanewon dalam hal edukasi, informasi dan bahkan deteksi dini,” imbuhnya.