Pemkab Sukoharjo saat ini baru memiliki satu TPST di wilayah Kecamatan Bulu. Penambahan satu TPST lagi akan dilakukan dan sudah masuk program perencanaan menggunakan lahan di TPA Mojorejo Bendosari. Apabila terealisasi maka nantinya ada dua TPST yang bisa digunakan.
Sedangkan untuk TPS3R di Kabupaten Sukoharjo sudah ada 13. TPS3R tersebut tersebar disejumlah desa, kelurahan dan kecamatan. TPS3R sudah terbangun dan beberapa diantaranya belum optimal.
"Sampah tetap harus diolah. Tidak hanya penanganan dan pengurangan saja sesuai target RPJPD. Karena itu perlu peran dari TPS3R dan TPST. Dengan demikian bisa mengurangi beban volume sampah buangan ke TPA Mojorejo Bendosari," lanjutnya.
Agus Suprapto mengatakan, rata-rata volume sampah buang masyarakat di TPA Mojorejo Bendosari sekitar 200-220 ton per hari. Angka tersebut bisa mengalami penurunan bahkan peningkatan diluar dugaan. Salah satu peningkatan volume sampah buangan terjadi pada saat momen tertentu seperti selama bulan puasa Ramadan dan Lebaran, Natal dan tahun baru. Termasuk pada saat ada kegiatan besar yang mendatangkan kerumunan massa.
Baca Juga: Keteladanan keluarga khalilullah Ibrahim AS dalam proses regenerasional umat
Volume sampah buangan di TPA Mojorejo Bendosari dikatakan Agus terbilang besar. Dibandingkan dengan volume sampah buangan masyarakat di daerah lain di Solo Raya, kondisi di Kabupaten Sukoharjo cukup besar.
"Rata-rata sampah buangan tersebut berasal dari rumah tangga. Artinya dibuang warga dari rumah. Selain itu ada juga sampah dari pelaku usaha dan industri," ujarnya.
DLH Sukoharjo menyoroti besarnya sampah buangan dari warga berasal dari rumah. Volume sampah bisa ditekan dari sumbernya dan tidak semuanya seperti dikatakan Agus dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari namun bisa dikelola ditingkat lingkungan RT atau RW dan desa atau kelurahan.
"Jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo terus bertambah dan sejalan dengan peningkatan volume sampah buangan ke TPA Mojorejo Bendosari. Warga dari rumah bisa membantu pengelolaan sampah dengan melakukan pengurangan pembuangan," lanjutnya.
DLH Sukoharjo mencatat kenaikan volume sampah buangan masyarakat mulai terjadi sejak tahun 2020 lalu saat awal pandemi. Apabila sebelumnya hingga akhir tahun 2019 volume sampah buangan masyarakat sekitar angka 140 ton per hari pada tahun 2019 maka naik menjadi 160 ton per hari pada tahun 2020.
Baca Juga: Kapasgama bedah buku 'Dampak Konsumerisme Terhadap Sumber Daya Alam' karya Prof. Dr. Armaidy Armawi
Kenaikan volume sampah buangan masyarakat terus terjadi hingga tahun 2021 menjadi 200 ton per hari. Sejak tahun 2022 sampai sekarang 2023 naik lagi dikisaran 220 ton per hari. Sampah tersebut semuanya dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari setiap hari menggunakan truk pengangkut sampah resmi dari DLH Sukoharjo dan armada lainnya milik pemerintah desa.
Volume sampah buangan masyarakat meningkat berdasarkan pemantauan DLH Sukoharjo disebabkan karena adanya kenaikan aktivitas masyarakat selama dua tahun pandemi virus Corona. Sebab masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar ruangan dan tetap di rumah.
Faktor lainnya karena adanya penambahan jumlah penduduk baru dan pelaku usaha di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini seperti terlihat adanya warga tinggal di perumahan baru atau tempat usaha yang berdiri.
"Volume terus naik. Sampah yang dibuang ke TPA Mojorejo sekitar 200 ton per hari sampai 220 ton per hari. Angka itu bisa saja naik apabila semua sampah yang kami temukan dibuang ditempat pembuangan liar juga dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari. Situasinya memang mengkhawatirkan ditengah keterbatasan lahan TPA Mojorejo Bendosari," lanjutnya. (Mam)