HARIAN MERAPI - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapat tekanan warganya di dalam negeri, terutama dari keluarga sandera.
Keluarga sandera Israel menuntut Netanyahu menyetujui pertukaran sandera dengan Palestina.
Sejumlah keluarga dari sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza, Palestina, Minggu, meminta perdana menteri Benjamin Netanyahu untuk menerima kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Baca Juga: Borussia Dortmund Ngotot Permanenkan Jadon Sancho
"Tugas Anda adalah mengabaikan tekanan politik apapun," ucap keluarga para sandera dalam surat singkat yang mereka kirimkan untuk Netanyahu, sebagaimana diwartakan harian setempat Yedioth Ahronoth.
"Sejarah tidak akan memaafkan Anda jika Anda menyia-nyiakan kesempatan untuk membawa mereka pulang," kata mereka, menambahkan.
Netanyahu disebut menghadapi tekanan yang semakin meningkat untuk tidak menerima kesepakatan yang akan mengakhiri perang di Jalur Gaza dan membatalkan rencana serangan darat Israel ke Kota Rafah yang terletak di Gaza selatan.
Baca Juga: Hantam Tottenham Hotspur 4-2, Liverpool Masih Terpaut 5 Poin dari Arsenal
Di saat yang sama, kelompok oposisi Israel menuduh Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Tel Aviv meyakini sekitar 134 warganya masih disandera di Jalur Gaza. Sementara itu, Israel saat ini masih menahan lebih dari 9.000 warga Palestina di penjara mereka.
Sudah lebih dari 34.600 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat agresi Israel ke kawasan tersebut yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Gencatan senjata yang berhasil tercapai November lalu menyepakati 81 warga Israel dan 24 warganegara lainnya ditukar dengan 240 warga Palestina, termasuk di antaranya 169 anak-anak dan 71 wanita, yang ditahan Israel.
Baca Juga: Indonesia Runner Up Piala Thomas 2024
Saat ini, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir berperan menjadi penengah dalam upaya mencapai kesepakatan baru antara Israel dan Hamas demi membebaskan seluruh sandera Israel yang masih tertahan di Jalur Gaza.