HARIAN MERAPI- Penjabat (Pj) Walikota Salatiga, Yasip Khasani dan mantan Walikota Salatiga, Yuliyanto duduk satu meja di Sekretariat HMI Salatiga, Kamis (21/12/2023).
Keduanya menjadi nara sumber Locus Intelektual Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Salatiga edisi 5 dengan tema Diversitas Sosial dan Peta Politik Salatiga.
Pada kesempatan tersebut Walikota Salatiga dua periode 2011-2016 dan 2017-2022, Yuliyanto memaparkan kebijakan politik terkait dengan kebutuhan 3W, yakni Wasis, Wareg dan Waras.
Selama dua periode kepemimpinannya sebagai Walikota Salatiga lebih menekankan kepada Wasis yang berarti jaminan pendidikan, Wareg untuk bidang ekonomi dan waras untuk bidang kesehatan bagi masyarakat.
Baca Juga: Nathan Tjoe-A-On dan Jay Idzes Segera Lakukan Sumpah WNI, Ini Penjelasan Exco PSSI
Sementara itu berkaitan dengan predikat Kota Salatiga sebagai kota tertoleran, Yuliyanto menyampaikan adanya indikator RPJMD dan produk hukum yang mendukungnya dan sudah dilakukan sejak awal di Salatiga.
"Mari kita rawat bersama demi kesejahteraan masyarakat Salatiga, " katanya.
Sedangkan, Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani yang kurang dari 10 hari menjabat di Salatiga ini berharap, selama setahun memimpin Kota Salatiga ke depan bisa memberikan warna meskipun hanya satu noktah kecil, dengan slogan simplicity of diversity.
Yaitu sebuah kesederhanaan yang harus dibangun bersama-sama dalam keberagaman yang sudah ada sejak zaman dulu sebagai sebuah keniscayaan yang harus diterima.
Baca Juga: Dalami Karakter di Film '13 Bom di Jakarta', Rio Dewanto Sempat Jadi Sosok Manipulatif
Ia sepakat untuk tidak memaksakan Kota Salatiga menjadi pluralisme, melainkan identitas dan budaya sendiri yang ada di Kota Salatiga menjadi ciri khas dari semua elemen masyarakatnya.
“Menarik di Salatiga. Pertama kali saya datang, FKUB sudah bertemu dengan saya. Diversitas yang berdasarkan pada agama memang sudah bagus, di sini kesadaran sudah sampai pada level paling bawah. Tapi ini harus dijaga," kata Yasip Khasani.
Menurutnya, kalau terlena dalam keyakinan keberagaman, tidak mau menilai dan semuanya diterima, maka bisa jadi akan masuk ajaran-ajaran yang memang tidak sesuai dengan kenegaraan kita. Beragam oke, tetapi kerangkanya adalah NKRI,” tegas Yasip Khasani Kamis (21/12/2023).
Baca Juga: Bareskrim Terjunkan Tim Usut Dugaan TPPO Pengungsi Rohingya
Simplicity of Diversity menjadi kunci bagaimana Kota Salatiga bisa menjadi keberagaman yang tidak hanya masalah agama, tapi juga keberagaman gender, ras, suku dan lain-lain.
Diharapkan diversity bisa dikembangkan menjadi inklusi sosial yang bertemakan simplicity of diversity. *