HARIAN MERAPI - Aktivitas guguran lava dari Gunung Api Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, masih terlihat jelas.
Berdasar pengamatan dari Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, guguran lava meluncur ke Kali Kahetang pada periode pengamatan pukul 00.00 - 06.00 WITA, Minggu.
Berkenaan kondisi tersebut, warga diminta tetap waspada terhadap potensi awan panas dan banjir material.
Baca Juga: Polda NTT Hadapi tantangaan TPPO, ini langkah yang diupayakan
"Jarak luncur guguran lava ke Kali Kahetang diperkirakan mencapai 1.000 hingga 1.750 meter," sebut Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang, Yudia P Tatipang di Manado.
Dia berharap, warga terus waspada terhadap potensi awan panas guguran serta banjir material vulkanik yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Secara visual, kata dia, gunung tampak jelas hingga berkabut, sementara asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 100-150 meter di atas puncak kawah.
"Gempa guguran terekam sebanyak 48 kali dengan amplitudo antara tiga hingga 20 milimeter dengan durasi 41-121 detik," katanya.
Baca Juga: Keluarga besar mendiang Tjahjo Kumolo gelar haul pertama di Semarang, begini suasananya
Terekam juga gempa tektonik jauh sebanyak dua kali dengan amplitudo 25 milimeter, S-P : 17-23 detik selama 56-106 detik, tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 0,5 hingga empat milimeter, dominan dua milimeter.
"Tingkat aktivitas Gunung Karangetang masih siaga pada level III," katanya menambahkan.
Dia berharap saat aktivitas vulkanik Gunung Karangetang masih siaga, masyarakat, pengunjung, wisatawan tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya yaitu radius 2,5 kilometer dari puncak kawah dua dan kawah utama serta area perluasan sektoral ke arah barat daya, selatan, tenggara sejauh 3,5 kilometer.
Baca Juga: ASN terus berkurang, penambahan pegawai di lingkungan Kabupaten Sukoharjo menyasar PPPK
Masyarakat diharapkan mewaspadai guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi sewaktu-waktu dari penumpukan material lava sebelumnya karena kondisinya belum stabil dan mudah runtuh, terutama ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya.
Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai.*