Sedangkan jaring dipasang miring agar kotoran bisa menggelinding ke tampungan yang disediakan, di bawah jaring, dipasang fiber yang posisikan miring.
"Fiber itu khusus untuk menampung urin ternak. Urin kemudian dikumpulkan dalam tempat penampungan," jelasnya.
Kotoran domba dan urin yang sudah tertampung memiliki nilai ekonomis karena bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
Baca Juga: Mario Dandy Diborgol dengan borgol plastik, Kapolda Metro minta maaf, ini tanggapan Direktur Lemkapi
Di Sinatria Farm juga terdapat lahan untuk menanam rumput, guna memenuhi ketersediaan pakan.
"Dalam sehari domba mampu menghasilkan sekitar empat karung feses dan 100 liter urin. Kotoran ini tidak dibuang begitu saja, melainkan akan dijual untuk dijadikan bahan kompos dan pupuk cair," jelasnya.
Saat ini di Sinatria Farm setidaknya ada 80-100 ekor kambing berbagai jenis, jumlahnya sudah berkurang karena sudah dikirim ke para pembeli.
Pembeli datang dari DIY, Bogor, Klaten, Lumajang, Pasuruhan, dan Pati.
Baca Juga: Inilah gaji petugas lapangan Sensus Pertanian Rp 4 juta per bulan, siapa tertarik
"Saya ingin mengajak para generasi milenial tidak malu menjadi peternak. Ini agar ada regenerasi dalam bidang peternakan," katanya.
"Sebab, para peternak saat ini rata-rata usianya sudah tua, masak mau impor domba terus" tandasnya.
Generasi milenial belajar beternak di Sinatria Farm belajar dari pengalaman, Vita mengakui menjadi peternak memang lah tidak mudah.
Faktanya Vita pernah kehilangan puluhan juta karena gagal dalam beternak.
Vita juga membuka kelas untuk siapapun yang ingin belajar beternak secara gratis.