HARIAN MERAPI – Ketika ada waktu luang, tak ada salahnya jalan-jalan ke Kampung Bambu di kawasan Jetis, Tempel, Sleman. Usai jalan-jalan di kebun bambu, bisa dilanjutkan dengan memancing ikan di kompleks kolam yang dikelola Kelompok Mina Jembirit.
Bagi penggemar tanaman, saat berada di Kampung Bambu, Jetis akan merasa betah dengan melihat aneka jenis tanaman bambu serta beberapa jenis tanaman perkebunan lain.
Saat akan memasuki lahan Kebun Bambu dengan luas sekitar tiga hektar, dapat memilih lewat jembatan terbuat dari bambu. Usai melewati jembatan, akan segera menemukan aneka jenis tanaman bambu yang ditanam secara berkelompok.
Baca Juga: Sengketa tanah di Rejowinangun, kuasa hukum pemilik lahan berencana ajukan PK
Menurut koordinator wisata Kampung Bambu Jetis, Rohmad, lahan kebun bambu merupakan tanah kas kalurahan Sumberrejo. Sebagai pengelola kebun, terutama sinergi antara Kelompok Tani Hutan (KTH) Sumber Rejeki, Jetis dan PT Bambu Nusa Verde.
“Jenis bambu yang dari luar negeri dan bisa tumbuh baik di sini, misalnya ada yang dari India, Jepang, Afrika Selatan, Burma, Tiongkok, dan Thailand,” ungkap Rohmad, baru-baru ini.
Selain itu ada pula jenis bambu yang sudah lama ditemukan di Indonesia, seperti wulung, apus, tutul, ori, kuning dan petung. Semua jenis bambu ditanam secara berkelompok atau rumpun tersendiri.
“Tak jarang pengunjung ingin bisa berfotoria di dekat rumpun bambu yang tampil unik, misalnya jenis bambu asal Jepang, sebab batang bambunya seperti ada bedaknya,” ujar Rohmad.
Baca Juga: Mahasiswa Vokasi UMY raih juara 1 dan Best Presentation lomba Scientific Fair 2023 di UNY
Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Sumber Rejeki, Gandung Sunardi menambahkan, selain aneka jenis pohon bambu, di Kampung Bambu Jetis juga sudah ditanami tanaman rotan. Selain berasal dari Lampung, ada juga bibit rotan berasal dari Mentawai, Sumatera Barat.
“Saat ini tanaman rotan masih tergolong anakan, wujudnya mirip pohon salak. Kalau sudah dewasa akan tumbuh merambat dan jika umurnya sudah sekitar empat tahun dapat dipanen,” ungkap Gandung.
Beberapa jenis bambu, lanjutnya, bagian rebungnya cocok diolah menjadi sayur rebung, isian lumpia dan makanan ringan lain. Sebagian warga pun sudah piawai mengolah rebung bambu.
Bahkan ada yang biasa membuat makanan dan minuman tradisional, seperti thiwul, klepon, ketan salak, cenil, gethuk, wedang secang, kunir asem serta beras kencur. Sehingga, ketika ada rombongan ingin memesan dalam jumlah banyak, memasaknya bisa bareng-bareng.
Baca Juga: Wow, KONI Salatiga alokasikan Rp 3,6 miliar untuk dana Porprov 2023 di Pati Raya
Artikel Terkait
Kisah pakar bambu UGM yang ikut merancang Bamboo Dome, tempat santap siang pimpinan G20 di Bali
150 mahasiswa Ekonomi ikut field trip di Kampung Bambu Jetis, Sleman, aneka makanan tradisional ikut dilarisi
Bali hingga Batu, simak deretan spot wisata yang cocok untuk libur kejepit dengan promo menarik tiket.com
Wisata baru di Surabaya, kebun binatang malam, alternatif tempat liburan bersama keluarga
Gali Potensi Desa Wisata Penyangga Kawasan Candi Borobudur, Kemenparekraf Gelar Sosialisasi Sadar Wisata 5.0