HARIAN MERAPI - Peringatan Hari Buruh di Indonesia atau May Day, 1 Mei, terngiang dengan kisah Marsinah.
Marsinah dibunuh secara keji dalam perjuangan mendapatkan hak-hak buruh pada rezim orde baru.
Hingga 29 tahun dari kematian aktivis buruh yang bekerja di perusahaan pembuat jam di Porong Sidoarjo Jatim, PT Catur Surya (CPS) itu masih diselimuti misteri.
Baca Juga: Syawalan ormas Merkade Sleman meriah dihadiri Bupati Kustini dan suaminya Sri Purnomo
Perjuangan marsinah dalam hidupnya adalah menyuarakan hak-hak buruh saat itu masih dikenal sebagai perempuan yang sangat vokal dalam kemanusiaan.
Diduga lantaran berani bersuara lantang untuk menyuarakan hak-hak buruh dan kemanusiaan aktivis Marsinah diculik dan disiksa serta mendapat pelecehan seksual.
Marsinah terakhir kali terlihat pada 5 Mei 1993 sekitar pukul 10.00 malam, setelah itu iya hilang hingga kemudian ditemukan pada 9 Mei 1993 dalam kondisi mengenaskan di Nganjuk.
Hasil otopsi yang dilakukan oleh tenaga medis saat itu dipastikan Marsinah meninggal sehari sebelum jenazahnya ditemukan atau ia meninggal pada 8 Mei 1993.
Baca Juga: Tangan Diborgol, Peneliti BRIN AP Hasanuddin Jalani Pemeriksaan Sebagai Tersangka di Bareskrim
Dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan bahwa terdapat luka yang dikategorikan sebagai penganiayaan berat di tubuh Marsinah.
Luka itu akibat dari pelecehan seksual yang dialami Marsinah, selain itu juga diduga ada luka tembak.
Atas peristiwa yang dialami Marsinah itu termasuk dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia atau HAM dan golongannya adalah pelanggaran HAM berat.
Kisah tragis Marsinah ini juga menjadi perhatian seluruh dunia. Atas perjuangan yang dilakukan oleh Marsinah, ia mendapat penghargaan Yap Thiam Hien.
Baca Juga: Cegah Peredaran Narkotika dan Obat-obatan Terlarang, JNE Yogya Datangkan Unit Anjing Pelacak
