Pemerintah daerah diminta respon cepat bencana hidrometeorologi, begini penjelasan BMKG

photo author
- Kamis, 18 Desember 2025 | 15:45 WIB
Petugas BPBD Kota Jayapura melakukan peninjauan bencana longsor di Distrik Jayapura Selatan pada Kamis (11/12/2025) ( ANTARA/HO-Humas Polresta Jayapura Kota)
Petugas BPBD Kota Jayapura melakukan peninjauan bencana longsor di Distrik Jayapura Selatan pada Kamis (11/12/2025) ( ANTARA/HO-Humas Polresta Jayapura Kota)

HARIAN MERAPI - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani mengatakan potensi bencana hidrometeorologi masih membayangi sejumlah wilayah di Indonesia.

Menurutnya, hal itu seiring meningkatnya dinamika cuaca ekstrem, sehingga dalam kondisi tersebut peringatan dini cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG menjadi instrumen penting untuk membantu pemda dan masyarakat mengantisipasi risiko sejak dini.

"BMKG secara rutin memantau perkembangan sistem cuaca mencakup potensi hujan lebat hingga ekstrem, angin kencang, gelombang tinggi, serta peningkatan risiko banjir dan tanah, longsor di berbagai wilayah, kemudian disampaikan kepada pemangku kepentingan di pusat maupun daerah," katanya dalam keterangan yang diterima di Jayapura, Kamis (18/12/2025).

Menurut Faisal, sejumlah pemda telah menunjukkan kesiapsiagaan yang baik dapat meminimalkan risiko bagi masyarakat,salah satu contoh adalah Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang yang secara konsisten menjadikan peringatan dini BMKG sebagai dasar pengambilan keputusan.

Baca Juga: Denda kasus rokok ilegal melalui mekanisme ultimum remedium capai Rp34 miliar pada tahun 2025

"Melalui koordinasi lintas dinas, Pemkot Tangerang melakukan langkah antisipatif seperti pembersihan saluran air, kesiapan pompa pengendali banjir, penguatan sistem drainase, serta penyebaran informasi kewaspadaan kepada warga di wilayah rawan," ujarnya seperti dilansir Antara.

Dia menjelaskan langkah tersebut dinilai efektif dalam mengurangi genangan dan mempercepat penanganan saat hujan ekstrem terjadi.

BMKG mencatat sejumlah bencana banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, dipicu oleh curah hujan ekstrem akibat pengaruh sistem cuaca, termasuk Siklon Tropis Senyar.

"Siklon Tropis Senyar sebenarnya sudah bisa kami prediksi sekitar delapan hari sebelum proses pembentukannya dan peringatan disampaikan delapan hari, empat hari, dan dua hari sebelum kejadian," katanya.

Berdasarkan data/pantauan BMKG, kata dia, meskipun Indonesia bukan wilayah utama siklon tropis, anomali atmosfer dapat memicu cuaca ekstrem dan pada kasus Senyar, interaksi beberapa sistem cuaca menyebabkan hujan lebat berlangsung lebih dari dua hari.

Baca Juga: Ketua DPRD DIY ajak masyarakat jadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan

"Di Pos Langsa Aceh, BMKG mencatat curah hujan mencapai 380 milimeter dalam satu hari setara dengan rata-rata curah hujan bulanan," ujarnya.

Lembaga Riset Prasasti Center for Policy Studies menilai perlunya penguatan mitigasi risiko bencana, terutama menghadapi potensi siklon tropis di wilayah utara Indonesia.

Board of Experts Prasasti, Arcandra Tahar, mengatakan berdasarkan data lintasan badai selama 150 tahun, wilayah Sumatera bagian utara hingga Selat Malaka memang pernah dilintasi siklon tropis. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian serupa dapat berulang dalam periode tertentu.

“Siklon tropis ini menjadi pengingat penting bagi Indonesia untuk memastikan ketangguhan infrastruktur, tata ruang, serta protokol tanggap darurat di semua tingkatan,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X