Menurutnya, Dinas Pendidikan DKI Jakarta perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pembinaan siswa.
“Buat kurikulum pembinaan karakter yang mampu menanamkan nilai moral, empati sosial, dan tanggung jawab pribadi kepada siswa,” ujar Kenneth.
Kenneth juga mengingatkan, tanggung jawab pembentukan karakter tidak hanya ada di sekolah, tetapi juga harus menjadi kerja sama antara orang tua dan pemerintah daerah.
“Setiap anak memiliki potensi, tetapi juga sisi rapuh. Di sinilah peran guru, orang tua, dan pemerintah untuk membimbing mereka tumbuh menjadi generasi yang berkarakter,” tegasnya.
Baca Juga: Korban Tewas Topan di Filipina Mencapai 259 Orang, 1.238 Sekolah Hancur
Polisi: Tak Ada Kaitan dengan Aksi Teror
Di lain pihak, kepolisian menegaskan hingga saat ini belum ada indikasi soal ledakan di SMAN 72 Jakarta terkait dengan jaringan terorisme.
Sebelumnya, Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan, penyelidikan masih difokuskan pada pencocokan barang bukti dan analisis bahan peledak oleh tim Puslabfor Mabes Polri.
“Langkah penggeledahan dilakukan untuk mencocokkan antara barang bukti di lokasi dengan hasil temuan saat penggeledahan,” jelas Budi kepada awak media di Jakarta, pada Sabtu, 8 November 2025.
Baca Juga: Satgas Cs-137: Produk Olahan Charoen Pokphand Indonesia Aman dari Cesium
Ia menambahkan, Densus 88 dan tim Gegana turut membantu memastikan asal bahan peledak serta jenis serbuk yang digunakan.
“Satuan kerja masih bekerja. Belum ada indikasi keterkaitan dengan jaringan pelaku teror, namun semua tetap didalami sesuai kewenangan masing-masing,” ujar Budi.
Budi juga menuturkan, Polri bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah menyiapkan tim trauma healing bagi para korban dan siswa yang terdampak.
Baca Juga: UNY Segel Double Champion Regional Yogyakarta Futsal Campus League
“Tidak hanya fokus pada pemulihan medis, tetapi juga pemulihan psikis bagi korban maupun pelaku. Tim trauma healing sudah disiapkan bersama KPAI,” tandasnya. *