Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Harus Diiringi Transisi Menuju Ekonomi Sirkular

photo author
- Minggu, 9 November 2025 | 21:30 WIB
Pemkot Yogyakarta memaksimalkan pemilahan sampah sebelum masuk ke depo dengan dukungan padat karya. (Foto: Dok. Pemkot Yogyakarta)
Pemkot Yogyakarta memaksimalkan pemilahan sampah sebelum masuk ke depo dengan dukungan padat karya. (Foto: Dok. Pemkot Yogyakarta)

 

HARIAN MERAPI - Pakar rantai pasok dan ekonomi sirkular Universitas Gadjah Mada (UGM) Luluk Lusiantoro menilai program Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) sebagai solusi jangka pendek dan perlu diiringi upaya transisi menuju ekonomi sirkular.

"Itu solusi, betul. Tapi solusi jangka pendek untuk menghilangkan masalah sampah," ujarnya dilansir dari ANTARA di Yogyakarta, Kamis (6/11).

Dia mengemukakan kondisi sampah saat ini memang sudah kritis sehingga teknologi seperti PSEL dan incinerator yang dicanangkan pemerintah menjadi pilihan tepat untuk mengurangi timbunan. Ia menilai program itu relevan ketika tempat pembuangan akhir penuh dan penanganan harus dilakukan segera agar sampah tidak menumpuk di jalan atau permukiman.

Baca Juga: Ini Tiga TPST yang Ditinjau Sultan untuk Pertimbangan Proyek PSEL

Meski demikian, dia mengatakan, PSEL tetap perlu dilihat sebagai bagian dari penanganan darurat, bukan sebagai pola permanen. Menurutnya, teknologi itu membutuhkan evaluasi sebelum turun ke tahap investasi besar dan jangka panjang. 

"Pemerintah perlu memastikan listrik yang dihasilkan PSEL benar-benar terserap agar tidak menambah beban baru pada sistem energi," ujarnya.

Luluk menyarankan agar masa penggunaan PSEL diberi tenggat yang jelas dengan periode transisi hingga lima tahun untuk memaksimalkan penataan sistem, edukasi masyarakat, hingga pembentukan skema tanggung jawab produsen dalam pengelolaan kemasan.

Baca Juga: Bandara YIA Resmi Jadi Embarkasi Haji DIY 2026

Masa transisi itu, lanjutnya, harus benar-benar digunakan untuk memperkuat sistem sirkular sehingga tidak menjadi alasan masyarakat menghentikan gerakan pemilahan dan pengurangan sampah.

"Jangan sampai ini jadi kebiasaan yang mengubah pola ekonomi sirkular," ujarnya.

Ia mengingatkan risiko ketika masyarakat dan industri justru berlomba-lomba mencari sampah demi memenuhi kapasitas pembakaran PSEL sehingga tujuan mendorong perubahan perilaku menjadi terabaikan. 

Baca Juga: Cekcok berujung penusukan di Parangtritis

"Masalah lingkungan dan sampah selesai, tapi kita tidak berhasil mengubah perilaku manusia untuk menuju konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Tidak tercipta ekonomi yang berkelanjutan ke depan," paparnya.

Oleh karena itu, ia berharap, upaya edukasi, konsolidasi kebijakan, pembahasan dengan produsen, serta desain produk yang minim sampah perlu digencarkan sebagai strategi jangka panjang. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X