Kenapa pelajaran budi pekerti harus digalakkan di sekolah? Lestari Moerdijat: Untuk cegah perundungan

photo author
- Sabtu, 25 Oktober 2025 | 21:25 WIB
Arsip Foto- Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai didampingi Rektor Universitas Udayana Prof I Ketut Sudarsana mengangkat poster berisi kampanye antiperundungan saat di Kampus Universitas Udayana, Sudirman, Denpasar, Bali, Jumat (24/10/2025).  (ANTARA/Rolandus Nampu)
Arsip Foto- Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai didampingi Rektor Universitas Udayana Prof I Ketut Sudarsana mengangkat poster berisi kampanye antiperundungan saat di Kampus Universitas Udayana, Sudirman, Denpasar, Bali, Jumat (24/10/2025). (ANTARA/Rolandus Nampu)

eru HARIAN MERAPI - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan bahwa perundungan yang banyak terjadi di sekolah harus segera dihentikan dengan cara menggalakkan kembali pelajaran budi pekerti di lingkungan lembaga pendidikan.

“Dalam berbagai diskusi yang saya usulkan, yang pasti edukasi kepada anak-anak untuk tidak melakukan tindakan tersebut dan pelajaran budi pekerti seperti zaman saya kecil dulu harus digalakkan kembali,” kata Lestari Moerdijat di Jakarta, Sabtu (25/10/2025).

Dia melanjutkan bahwa kejadian perundungan yang terjadi di bangku sekolah, sudah berlangsung sejak lama dan bukan hanya baru-baru ini saja. Sehingga, ini harus ditangani dengan serius agar nantinya tidak lagi memakan korban.

Menurut dia, tindak perundungan ini menyasar kepada anak-anak yang dianggap lemah di sekolah. Sehingga, tenaga pendidik harus ikut andil dalam mencegah dan juga memberikan penguatan kepada anak-anak yang riskan menjadi sasaran tersebut.

Baca Juga: Regulasi umrah mandiri sempat munculkan sejumlah reaksi, Dahnil: Dinamika kebijakan Arab Saudi tak dapat dihindari

“Karena kalau kita pelajari, tipikal anak yang dibully itu hampir semua sama mulai dari SD, SMP, SMA. Nah, kepada kelompok-kelompok inilah yang saya berharap pemerintah dan juga pihak sekolah memberikan perhatian kepada mereka,” ujar dia seperti dilansir Antara.

Memberikan perhatian atau memberikan ruang untuk mengadu, dapat menjadikan korban perundungan terbebas dari masalah tersebut. Kebanyakan kejadian ini, karena mereka tidak ada ruang untuk mengadu yang menjadikan mereka bulan-bulanan di kawasan sekolah.

“Saya rasa harus ada intervensi, intervensi bukan hanya kepada anak didik saja, tetapi ada satu metode yang memberikan penguatan kepada para korban sendiri untuk berani melawan atau keluar dari perundungan tersebut,” jelas dia.

Sebelumnya, aksi perundungan terjadi kepada Timothy Anugerah Saputra (22) yang ditemukan meninggal dunia diduga akibat bunuh diri pada Rabu (15/10). Mahasiswa semester VII Program Studi Sosiologi Universitas Udayana (Unud) Bali disebut mengalami tekanan psikologis berat akibat perundungan dari rekan-rekannya.

Baca Juga: Persiapan SEA Games, Indra Sjafri ingin lawan kuat dalam FIFA Match Day untuk ukur kekuatan tim secara menyeluruh

Peristiwa ini memicu gelombang simpati dan kemarahan publik, terlebih setelah beredar tangkapan layar percakapan grup WhatsApp (WA) yang menunjukkan korban sering dijadikan bahan ejekan.

Usai kejadian sejumlah mahasiswa Unud justru melecehkan kematian Timothy di media sosial, yang kemudian memantik kecaman luas di dunia maya.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X