HARIAN MERAPI - Tak lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas. Mungkin itulah pemisalan yang tepat mengenai keberadaan hingga tercapainya kejayaan seni ketoprak di kabupaten Pati (Jateng).
"Di Pati, tercatat ada 57 grup seni ketoprak. Ini merupakan jumlah yang terbanyak secara nasional," kata seorang seniman senior Pati, Markonyik, dalam sebuah diskusi membedah syiar agama melalui kebudayaan di Wedarijaksa, Rabu (18/6) malam.
Markonyik mengungkap ada ribuan orang seniman dari luar daerah, yang bisa ikut menikmati kejayaan pentas seni ketoprak Pati.
Dirincikannya, anggota setiap grup ketoprak, berjumlah hampir 75 orang.
Baca Juga: SD dan SMP di Temanggung bebas pungutan, Bupati: Laporkan jika ada
"Sedang seniman yang asli Pati, saat sekarang ini, tinggal berjumlah puluhan orang saja. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan personil untuk suatu pentas, terpaksa harus mengimpor (mendatangkan) seniman dari luar daerah. Misalnya, dari Solo, Yogyakarta, Semarang atau dari wilayah Jatim" beber Markonyik.
Menurut seniman yang punya nama asli Susanto ini, kejayaan seni ketoprak di Pati, dapat dibuktikan pada bulan Apit lalu. Hampir semua grup bisa tampil menghibur masyarakat pada pentas acara sedekah bumi.
"Ternyata masyarakat bisa mendatangkan grup ketoprak, yang nilai kontrak, mulai dari Rp 35 sampai yang Rp 85 juta. Sehingga seniman ketoprak bisa mendapat gaji per pentas, antara Rp 250 sampai Rp 450 ribu. Inilah yang kemudian menarik perhatian seniman luar daerah mau bergabung ke grup ketoprak Pati" ucap Markonyik.
"Keberadaan ketoprak mampu memompa penguatan ekonomi di masyarakat bawah" imbuh seniman lawak ini, yang didampingi ustadz Syafik.
Melihat fenomena kejayaan seni ketoprak asal Pati tersebut, seniman yang berdomisili Rendole Muktiharjo ini, mengaku sangat mendukung ide bupati Sudewo yang akan membangun gedung kesenian di komplek alun-alun Kembangjaya.
"Namun kalau sudah ada gedung kesenian, harus ada kepastian pihak yang mengelola. Jangan sampai terjadi, seperti gedung yang di komplek stadion JK. Kusam tidak terawat" tutur Markonyik.(*)