HARIAN MERAPI - Gubernur DIY Sri Sultan HB X bersama tokoh lintas agama melakukan tanam pohon dengan tema "Air untuk Masa Depan Peradaban" di Nawang Jagad, Hargobinangun, Pakem, Senin (20/1/2025).
Acara yang diinisiasi RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo, ini lantaran Indonesia disinyalir terancam krisis air untuk tingkat menengah pada tahun 2025. Hal ini tercantum dalam laporan yang dikeluarkan Forum Air Dunia.
Menyikapi kondisi itu, Pemda DIY melakukan kegiatan tanam bersama pohon langka oleh Kraton Yogyakarta. Pohon langka yang ditanam tersebut ada tiga jenis yaitu diantaranya sawo kecik, kepel, dan pronojiwo.
Gusti Marrel mengugkapkan, di balik inisiasinya tersebut dilakukan secara mendadak pada bulan Desember 2024 lalu. Sebelumnya terjadi pertemuan bersama para ketua umum pemuda agama lintas agama tersebut.
Baca Juga: Ketua Panpel: Sudah 29 PWI provinsi daftar HPN 2025 di Banjarmasin
"Ide untuk awal tahun 2025 dengan memulai dengan simbolik kita menanam demi kelancaran air. Maka dari itu tema pada penanaman ini adalah air untuk masa depan peradaban," beber cucu Sri Sultan HB X ini.
GKR Mangkubumi sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa turut mengatakan, terkait krisis air yang terjadi di DIY yakni sejak erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 silam.
"Sungai-sungai itu tertutup lahar. Kami ingin lebih banyak lagi pohon-pohon yang ditanam. Karena sejujurnya, sejak erupsi Merapi tahun 2010 yang agak besar itu banyak sekali sungai-sungai, dan aliran sungai yang tertutup," harapnya.
Menurutnya, dengan penanaman semakin banyak, akan menimbulkan kembalinya sampai mengaliri ke selatan. Diharapkan dengan kolaborasi ini lintas iman ini, bisa melakukan penanaman yang lebih luas.
Baca Juga: Kasus pagar laut di Tangerang, Nusron: Kami mohon maaf atas kegaduhan yang terjadi
Menurut GKR Mangkubumi, kurangnya sumber mata air terjadi tidak hanya karena lahar gunung, namun juga banyaknya aktivitas manusia yang merusak. Salah satunya adalah pertambangan pasir yang semakin besar.
"Ada aktivitas yang sangat luar biasa gitu, pencemaran. Aktivitasnya lain seperti tambang. Warga tentunya perlu air, lingkungan yang sehat, dan memerlukan udara yang baik. Mari bersama kita jaga," harapnya.
Sri Sultan HB X menolak keras adanya kerusakan alam yang terjadi di DIY, terutama menumbuhkan cinta lingkungan sedari anak-anak. Sultan mengungkapkan untuk tidak merusak lagi, tapi bagaimana menjaga gitu ciptaannya.
Baca Juga: Sungai Bengawan Solo meluap genangi rumah di Mojolaban, status siaga hijau
Lebih lanjut Sultan berharap, setelah giat tanam bersama inilah, akan banyak tanaman yang tumbuh disekitar lereng merapi serta tumbuhnya banyak mata air. Dengan banyaknya tanaman akan tumbuh mata air baru.