Menurutnya, konsep pertanian terpadu simbiosis mutualisme itu juga turut melestarikan alam, dan menjadi cara bercocok tanam yang sesuai dengan tuntunan Tuhan.
"Yaitu, melestarikan alam dan isinya. Manusia menjaga bumi atau merti bumi, hamemayu hayuning bawono, dengan konsep khalifah," jelasnya.
Dia mengatakan lagi, dengan konsep simbiosis mutualisme itu artinya terjadi aliran energi siklus nutrisi, atau cakra manggilingan dengan konsep wiji wutuh, wutah pecah, wutuh dadi wiji maneh.
"Itulah konsep pertanian yang sesuai tuntunan Tuhan. Illahiah, alamiah, dan ilmiah," jelas Teo Suprapto.
Diapun mengklaim, sistem pertanian terpadu simbiosis mutualisme adalah salah satu konsep dan cara jitu untuk menciptakan kedaulatan pangan.
Baca Juga: Bawaslu Salatiga minta BKN segera beri keputusan soal laporan 'Insiden Logo Pemkot Salatiga'
Teo Suprapto menyebut, bahwa selama ini program pemerintah masih pada ketahanan pangan. Maka, outputnya adalah bantuan sosial yang sifatnya pasif konsumtif.
Sedangkan, kemandiran pangan outputnya aktif produktif, namun pupuk dan dan bibit masih tergantung orang lain.
"Tapi kalau sudah kedaulatan pangan, maka tanam yang kita makan, makan yang kita tanam, dari hulu ke hilir sudah aktif produktif, kreatif, dan inovatif," jelas Teo Suprapto.
Dia memastikan, konsep pertanian terpadu simbiosis mutualisme atau sekarang sering disebut Lumbung Mataraman, adalah konsep mewujudkan kedaulatan pangan.
"Jadi, kalau Sekolah Rakyat yang sedang direncanakan oleh Kemensos ingin memutus mata rantai kemiskinan, maka konsep Joglo Tani Indonesia bisa menjadi salah satu pilihan," katanya.
Teo Suprapto mengatakan lagi, konsep kedaulatan pangan Joglo Tani Indonesia bisa diterapkan sejak jenjang pendidikan TK hingga Perguruan Tinggi, secara berkesinambungan. (*)