HARIAN MERAPI - Warga Padukuhan Sejati Desa Sumberarum, Moyudan Sleman, baru-baru ini, menggelar tradisi Baritan. Pada tahun ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, antara lain dirangkai dengan bedah buku.
Namun pada intinya, tradisi Baritan dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah di bidang pertanian, melalui cara memuliakan hewan ternak (rajakaya).
Menurut salah satu tokoh budaya di Sumberarum Moyudan, Giyo, Baritan termasuk tradisi peninggalan nenek moyang sejak jaman dahulu. Istilah Baritan sendiri akronim dari kata antara lain, bubar panen terus kupatan.
“Kata Baritan di tempat lain bisa jadi mempunyai istilah tersendiri. Namun, maksud dan tujuannya relatif sama, yaitu wujud syukur masyarakat petani kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ungkapnya.
Baca Juga: Membangun kesetiakawanan sosial dengan bersedekah
Adapaun kaitannya dengan hewan ternak atau rajakaya, sebut Giyo, dapat pula dihubungkan dengan konvensi internasional tentang Hari Hewan, yaitu setiap 4 Oktober. Maka, sebaiknya pada hari tersebut, maupun hari-hari lain, kita tak boleh menyakiti hewan.
“Sebagai bentuk pelestarian dan pendokumentasian tradisi yang hampir punah, pada kesempatan ini juga dilaksanakan launching dan bedah buku yang berjudul Perahu Getek Kali Progo, Cerita Sejarah Kebudayaan Kali Progo karya Dwi Ony Raharjo,” terangnya.
Adapun beberapa rangkaian acara dalam tradisi Baritan, misalnya diawali dengan iringan gamelan dan tari teaterikal Sedekah Bumi oleh Sanggar Seni Kidung Cakrawala.
Ada pula kirab rajakaya dan gunungan menuju Sungai Progo. Hewan ternak rajakaya kali ini menampilkan dua ekor sapi yang bernama Mbah Broni dan Mbah Bergas Waras.
Baca Juga: GIK UGM Gelar Pertunjukan Butoh pada 4-6 September, Tampilkan 10 Performer dari Jepang dan Indonesia
Setelah tiba di Sungai Progo, prosesi memandikan kedua sapi itu dimulai. Prosesi ini banyak menyita perhatian masyarakat, terlebih bagi para potografer dan videographer.
Mbah Broni dan Mbah Bergas dimandikan oleh para tuannya di Sungai Progo. Ada pula kenduri/makan bersama. Tampak hadir dalam kegiatan tersebut antara lain dari pemerintahan Kapanewon Moyudan.
Ada pula dari Pemerintahan Kalurahan Sumberarum, Dukuh Sejati Desa (Wardani), beberapa tamu undangan maupun sejumlah tokoh masyarakat. Sedangkan Ony saat menjadi narasumber bedah buku, menjelaskan seputar buku berjudul Perahu Getek Kali Progo, Cerita Sejarah Kebudayaan Kali Progo.
Baca Juga: Kapanewon Depok Depok Gelar Budaya dan Produk Unggulan UMKM, Ini Acaranya
“Buku ini berisi tentang cerita sejarah kebudayaan yang ada di desa-desa atau kalurahan-kalurahan bantaran Kali Progo, khususnya wilayah Sleman,” paparnya.