Integrasi budidaya klanceng dan tanaman hias untuk pengembangan rintisan Dewita Lorejo Moyudan

- Senin, 8 Agustus 2022 | 22:30 WIB
ebagaian peserta pelatihan foto bersama dengan Tim PPM dari UMBY  (Dok. Humas UMY)
ebagaian peserta pelatihan foto bersama dengan Tim PPM dari UMBY (Dok. Humas UMY)

HARIANMERAPI.com - Berkembangnya kawasan wisata dan kuliner dengan pemandangan perbukitan Menoreh seperti di Nanggulan dan Girimulyo Kulonprogo memberi banyak dampak positif bagi tempat-tempat lain.

Salah satunya, yaitu di Kalurahan atau Desa Sumberarum Moyudan Sleman yang berada di sebelah timur Nanggulan Kulonprogo.

Terutama di Puluhan Sumberarum punya banyak daya tarik, misalnya adanya budidaya tanaman hias serta lebah klanceng, sehingga layak pula dijadikan sebagai rintisan desa wisata (Dewita).

Hal tersebut menjadi salah satu latar belakang bagi tim dosen dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) melaksanakan program pengabdian masyarakat (PPM) di Sumberarum Moyudan.

Rangkaian kegiatan PPM tersebut, yaitu pelatihan integrasi budidaya lebah klanceng dengan tanaman hias di Kelompok Usaha Tanaman Hias Lorejo, Puluhan, Sumberarum, Moyudan.

Menurut Dr Ch Lilis Suryani STP MP sebagai ketua tim Pengabdian Masyakat UMBY, dalam pelatihan tersebut diikuti 10 peserta, yakni terdiri dari pembudidaya tanaman hias yang telah mengembangkan berbagai jenis tanaman hias dan bonsai.

“Program pelatihan ini merupakan program pengabdian masyarakat dari UMBY yang ditujukan untuk meningkatkan ketrampilan,” jelasnya.

Bahkan dengan program pelatihan tersebut, lanjutnya, diharapkan bisa meningkatkan pula pendapatan petani tanaman hias melalui integrasi antara tanaman hias dan klanceng dalam rangka merintis desa wisata Lohrejo.

Tim dosen lainnya, Gandung Sunardi SP mengungkapkan, klanceng merupakan kelompok lebah yang berukuran kecil, dan banyak ditemukan di berbagai kawasan di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan dan pinggiran hutan.

“Seperti pepatah Bahasa Jawa, Manggar sinangga janur lanang, maka jangan menyepelekan hewan kecil seperti klanceng, karena hewan ini mampu memproduksi madu secara produktif. Bahkan bisa tiga sekali dipanen madunya,” papar Gandung.

Tak ketinggalan, dalam pelatihan tersebut juga diberikan materi pembuatan pot tananaman dari batu kali Sungai Progo, serta budidaya anggrek.

“Ketika batu-batu Sungai Progo dijadikan bahan membuat pot tanaman, nilai jualnya akan lebih tinggi, yakni antara Rp 50.000 sampai Rp 150.000 per pot,” terang Ir FX Suwarta MP yang juga sebagai anggota Tim PPM UMBY.

Sedangkan untuk meningkatkan pendapatan pembudidaya tanaman hias, juga dilakukan pelatihan budidaya anggrek oleh Dra Umul Aiman, MSi.

“Tanaman anggrek dipilih menjadi materi pelatihan, karena termasuk tanaman hias yang mempunyai harga lebih stabil,” ungkap Umul Aiman.

Ketua Kelompok Usaha Tanaman Hias Lorejo, Agus R menyatakan, saat ini telah terjadi pergeseran cara bertani akibat turunnya minat generasi muda terjun ke sawah.

Halaman:

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X