Wisata Air Blue Lagoon di Ngemplak Sleman jadi favorit tempat healing mahasiswa di Yogyakarta

photo author
- Jumat, 15 Agustus 2025 | 07:08 WIB
Seorang pengunjung tampak sedang berenang di wisata air Blue Lagoon, Ngemplak, Sleman, Yogayakarta, Kamis (14/8/2025). (Foto: Koko Triarko)
Seorang pengunjung tampak sedang berenang di wisata air Blue Lagoon, Ngemplak, Sleman, Yogayakarta, Kamis (14/8/2025). (Foto: Koko Triarko)

HARIAN MERAPI - Wisata air Blue Lagoon di Padukuhan Dalem, Kalurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, jadi tempat favorit untuk healing bagi sejumlah kawula muda dan mahasiswa.
 
Di tengah banyaknya destinasi wisata saat ini, Blue Lagoon di Kapanewon Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, masih eksis. Keberadaannya bahkan menjadi favorit sejumlah mahasiswa untuk healing di sela aktivitas kuliah sehari-hari.
 
Blue Lagoon yang sempat populer pada tahun 2014, saat ini memang tak seramai dahulu. Namun, destinasi wisata air ini tak pernah sepi pengunjung muda seperti mahasiswa, dan masyarakat umum.
 
 
Sejumlah mahasiwa mengaku mengunjungi destinasi wisata air Blue Lagoon untuk berenang dan bersantai di sejumlah gazebo atau tempat duduk dari bambu.
 
Arif Pritama Susilo, mahasiswa UII asal Karawang, Jawa Barat, misalnya, mengaku sering datang ke Blue Lagoon untuk healing dengan berenang dan bersantai.
 
Dia yang datang bersama pasangannya, mengaku senang berenang di Blue Lagoon karena airnya yang jernih dan sejuk. 
 
"Lebih suka berenang di sini karena airnya masih alami tanpa.kaporit. Suasananya juga masih asri dan teduh," katanya, saat ditemui di Blue Lagoon, Kamis (14/8/2025).
 
 
Pengunjung yang lain Abdul Hafis, mahasiwa UPN Veteran 45, juga mengaku senang karena airnya yang jernih tanpa kaporit, dan suasananya masih alami.
 
Dia yang datang bersama tiga kawannya pun berharap agar keberadaan wisata air Blue Lagoon terus dilestarikan.
 
Wisata Air Blue Lagoon, sejak awal kemunculannya memang terkenal dengan airnya yang jernih berwarna biru kehijauan. Selain sejuk, suasana alam sekitar masih asri dengan beragam pohon besar, dan rerumpunan pohon bambu.
 
Berbagai warung kuliner dan acara seni budaya sering diadakan, sehingga semakin menarik minat wisatawan untuk datang.
 
Namun, saat ini Blue Lagoon hanya tidak seramai dahulu. Penurunan jumlah pengunjung terjadi sejak pandemi Covid-19, meski saat ini masih menjadi favorit anak-anak muda untuk berenang dan bersantai. 
 
Ketua Pengelola Wisata Air Blue Lagoon, Suhadi, mengakui jika jumlah pengunjung sudah tak sebanyak dahulu. Penurunan jumlah wisatawan yang terjadi sejak pandemi Covid-19, hingga kini belum ada peningkatan signifikan.
 
"Penurunan jumlah pengunjung sejak pandemi mencapai lebih dari 50 persen," katanya saat ditemui di lokasi wisata Blue Lagoon.
 
Dia mengungkapkan, sebelum pandemi jumlah pengunjung bisa mencapai 150-200 orang sehari. Sekarang, jumlah pengunjung 150-an orang per minggu.
 
Menurut Suhadi, kondisi tersebut membuat pihaknya tak bisa maksimal dalam melakukan perawatan sarana dan prasarana, serta fasilitas lain seperti gazebo, dan lainnya.
 
Bahkan, jumlah tenaga kerja yang merupakan warga setempat juga ikut berkurang. Dan, sejumlah warung UMKM serta kuliner banyak yang tutup.
 
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membangkitkan kembali geliat pariwisata dan ekonomi di kawasan Blue Lagoon. Mulai dari pembenahan sarana prasarana, fasilitas, dan promosi media sosial.
 
"Tapi kami terkendala oleh sumber daya manusia yang terbatas, dan pembiayaan karena hanya dikelola swadaya oleh masyarakat. Tidak ada investor," kata Suhadi.
 
Lebih jauh Suhadi memaparkan, dengan pengelolaan secara swadaya ini membuat pemasukan hanya bergantung pada penjualan tiket masuk yang sebesar Rp15.000 per orang.
 
Menurut Suhadi, kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada sektor pariwisata Blue Lagoon. Namun, juga berimbas pada perekonomian warga yang bekerja maupun yang bergerak di sektor UMKM.
 
"Bahkan, banyak warga yang semula bekerja mengelola wisata Blue Lagoon terpaksa mengundurkan diri untuk bekerja ke tempat lain," katanya.
 
Suhadi mengatakan lagi, berbagai kendala tersebut saat ini juga ditambah dengan keberadaan sumber air yang mengalami pendangkalan.
 
"Pengerukan sedimentasi sungai yang mengairi destinasi wisata Blue Lagoon jelas di luar kemampuan kami yang sangat terbatas," katanya.
 
Namun demikian, Suhadi dan sejumlah warga yang setia mengelola destinasi wisata air Blue Lagoon masih bisa merasa bersyukur. 
 
Adanya dukungan dari pemerintah setempat dengan mengadakan pelatihan-pelatihan di kawasan wisata Blue Lagoon, sedikitnya memberikan pemasukan yang berarti.
 
"Selain itu juga masih adanya pengunjung yang datang dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum," tutup Suhadi, yang merupakan perintis Desa Wisata Blue Lagoon. *

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X