harianmerapi.com - Semut ngangkrang sebagai penghasil kroto biasa disebut juga semut kroto.
Binatang ini sering membuat sarang di pepohonan dan krotonya banyak dicari antara lain sebagai pakan ocehan, umpan mancing dan ada yang bisa diolah menjadi masakan dengan cita rasa khas.
Wajar jika kebutuhan kroto termasuk tinggi serta mudah dipasarkan.
Baca Juga: Merias 3 Arwah Gadis Cantik 3: Tiba-tiba Tercium Wangi Bunga Semerbak yang Sangat Menyengat
Usaha memperoleh kroto dapat juga dengan membudidayakan sendiri, kiat ataupun triknya cukup sederhana,
antara lain sarang terbuat dari toples bening ditempatkan di rak khusus.
Agar semut kroto tak pergi dari rak, bagian kaki-kakinya diberi piring atau mangkok kecil yang diisi minyak goreng.
Pakan semut kroto dapat diberi ulat Hongkong dan minumannya cukup air gula. Setiap 12 toples atau sarang, satu ons ulat Hongkong bisa untuk kisaran lima hari dan satu gelas air gula bisa untuk empat hari.
Baca Juga: Tembus 7.000.000 Penonton, KKN di Desa Penari Jadi Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa
“Biaya membeli pakan dan minumannya tidak mahal, tapi pembudidaya semut ngangkrang bisa rutin memanen dan menjual kroto. Ketika semutnya semakin banyak dapat juga dijual,” papar pembudidaya semut kroto, Widodo asal Sidokarto Sleman.
Menurutnya, toples sebagai tempat bersarang dipilih dari bahan terbuat dari mika, sebab jika plastik biasa sering muncul bau yang kurang disenangi semut kroto.
Sebagai pintu keluar masuk semut, toples dapat dibuat satu atau dua lubang. Rak-raknya bisa terbuat dari kayu yang dibuat bertingkat tiga.
Jarak antara tingkat pertama dan kedua kisaran 35 cm, tinggi rak 100 cm, lebar 40 cm dan panjang 122 cm. Setiap tingkatnya dapat untuk menempatkan 12 toples.
“Jika dalam satu sarang sudah banyak terlihat kroto atau telur semut kroto, bisa segera dipanen."