BANTUL, harianmerapi.com - Puluhan warga Pedukuhan Jetis, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul mulai berdatangan ke bantaran Sungai Oya sejak Jumat (1/10/2021) pagi.
Lengkap dengan pakaian adat Jawa, warga dipimpin sesepuh kampung ini hendak menggelar upacara adat Merti Kali Oya. Ritual adat yang rutin dilaksanakan tiap tahunnya.
Namun Merti Kali Oya tahun ini jauh berbeda dengan sebelumnya yang diikuti ratusan warga dan undangan. Penerapan protokol kesehatan mengharuskan pelaksanaannya diringkas menjadi lebih sederhana.
Baca Juga: Covid-19 Melandai, RSA UGM Kembali Buka Ruang Rawat Inap VIP dan Tambah Fasilitas
Merti Kali Oya ini dimulai dengan penampilan kelompok sholawat Jawa. Sementara warga lainnya menyiapkan berbagai persembahan dengan jodhang (tandu).
Tidak lama, iring-iringan warga membawa jodhang mulai menuju ke bantaran Sungai Oya. Di atas hamparan bebatuan kali, upacara inti pun dimulai.
Sesepuh kampung memanjatkan doa diikuti warga di antara persembahan-persembahan. Setelahnya alunan tembang dari tiga penari tayub mengiringi ritual Merti Kali Oya. Satu persatu persembahan pun dilarung atau dihanyutkan ke Sungai Oya.
Baca Juga: Dekarbonisasi, Indonesia Butuh SDM Unggul untuk Transisi Energi
Lurah Selopamioro, Sugeng mengatakan upacara Merti Kali Oya ini sebagai bentuk syukur sekaligus harapan. Hampir seluruh warga di Pedukuhan Jetis menurutnya mengandalkan aliran Sungai Oya untuk pertanian dan peternakan.
"Termasuk pariwisata yang sempat bergeliat dan berhenti karena pandemi," sebutnya.
Sugeng mengatakan, Merti Kali Oya ini sekaligus sebagai bentuk penghargaan kepada alam yang selama ini memberikan banyak hasil bumi untuk masyarakat.
Baca Juga: Manfaat Pisang Tanduk Sebagai Musuh Kanker Darah
"Ini ekspresi syukur masyarakat Jetis dan Selopamioro pada umumnya," imbuh Sugeng.
Sementara salah satu warga, Bayu Nugroho mengharap pandemi bisa segera selesai dan wisata bisa dibuka secepatnya. Aktifitas wisata selama pandemi ini berhenti total.