HARIAN MERAPI - Lupa adalah suatu kemampuan jiwa yang tidak sanggup lagi mengingat apa-apa yang telah pernah dikuasai, baik untuk sesuatu saat ataupun untuk waktu yang lama.
Menurut Ellis dan Hunt, ada tiga teori yang dapat menjelaskan gejala kelupaan yaitu (a) teori pemudaran (decay theory), (b) dan teori interferensi (interference theory), dan (c) teori ketergantungan pada tanda (cue-dependent theory).
Sebagaimana diketahui, ingatan yang tersimpan di dalam otak terdiri atas ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
Ingatan jangka pendek adalah sebuah informasi yang tersimpan di dalam otak dalam waktu singkat dan akan hilang bila seseorang tidak sering mengingat atau melakukannya, misal mengingat nama atau nomor telepon orang yang baru dikenal, dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, sedikitnya ada delapan penyebab siswa
mengalami lupa dalam belajarnya; yakni:
Pertama, inhibisi interaktif, yaitu saling mempengaruhi antara nemri traces yang lama dengan yang baru, dimana saling mempengaruhi ini lebih bersifat menghambat atau menghalangi pada waktu seseorang akan mengingat kembali (recall),
membayangkan kembali dua konsep atau fua konsep yang pernah dipelajarinya. Pelajar yang disuruh menghafalkan pasangan-pasangan provinsi dan ibu kotanya, maka pasangan yang pertama akan terganggu oleh pasangan kedua, yang kedua oleh ketiganya, dan seterusnya.
Baca Juga: BRI Salurkan KUR Rp54,9 Triliun Hingga April 2025, Bukti Nyata Berpihak Pada UMKM
Kedua, bahan yang dipelajari tidak atau kurang mempunyai arti. Riset yang pernah dilakukan, siswa yang diminta untuk mengingat kata-kata yang nonsen (tidak ada artinya) bagi dirinya sukar untuk diingat-ingat, sehingga setelah beberapa saat saja sudah lupa.
Sangat dianjurkan kepada para guru di sekolah agar mampu mencari kosa kata-kosa kata yang lebih memiliki makna pada pribadi siswa, sehingga mereka akan memiliki ingatan yang lebih kuat terhadap segala sesuatu yang disampaikan atau diajarkan.
Ketiga, represi atau tekanan, terutama tekanan batin dan atau emosi juga akan
mempercepat proses lupa pada seorang siswa.
Munculnya hal-hal yang tidak menyenangkan ketika sedang belajar, sukar mereproduksi kembali hal-hal yang pernah dipelajarinya mrerupakan sesuatu yang ditemui ketika seseorang sedang belajar.
Baca Juga: Ini akibatnya bila tetangga tidak saling akur
Kegalauan dan berbagai tekanan batin yang lain sering menjadikan seorang siswa tidak konsentrasi dalam belajar, sehingga mudah lupa untuk mengingat segala sesuatu yang sedang dipelajarinya.