Kondisi emosional yang positif membuat anak lebih mudah menyerap informasi. Anak tidak merasa tertekan dan lebih berani mencoba, termasuk ketika melakukan kesalahan. Rasa aman ini menjadi fondasi penting dalam proses belajar jangka panjang.
Permainan yang melibatkan tantangan kognitif, seperti puzzle, balok, atau permainan konstruktif, juga memperkuat koneksi antarsel saraf di otak.
“Permainan yang kompleks membantu membentuk lebih banyak koneksi otak. Ini berpengaruh pada kecepatan berpikir dan kemampuan anak dalam memahami masalah,” kata Intan.
Mengasah kognitif dan sosial-emosional
Melalui playful learning, anak mengembangkan berbagai kompetensi secara bersamaan. Dari sisi kognitif, anak belajar berpikir logis, kreatif, dan terstruktur. Sementara dari sisi sosial-emosional, bermain bersama membantu anak belajar berbagi, bekerja sama, dan memahami perasaan orang lain.
“Dalam bermain bersama, anak belajar menunggu giliran, berbagi peran, dan bekerja sama. Ini menjadi dasar penting bagi kematangan emosional anak di kemudian hari,” ujar Intan.
Permainan peran atau role play dinilai sangat efektif karena menggabungkan berbagai aspek pembelajaran. Anak bisa belajar berhitung, membaca, menulis, dan berkomunikasi melalui skenario permainan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Playful learning dan anak rentan
Pendekatan belajar sambil bermain juga memiliki peran penting bagi anak-anak yang menghadapi hambatan emosional, termasuk anak yatim piatu. Dalam praktik psikologi, bermain kerap digunakan sebagai media terapi untuk membantu anak mengekspresikan emosi.
“Bermain menjadi jembatan emosional. Anak bisa mengekspresikan marah, sedih, atau takut tanpa harus menggunakan kata-kata,” kata Intan.
Baca Juga: Curhat Pengungsi di Aceh Tamiang: Menolak Bantuan Uang, Mengaku Lebih Butuh Mukena untuk Ibadah
Lingkungan belajar yang ceria dan suportif membantu menurunkan kecemasan belajar serta membangun kembali rasa percaya diri anak. Oleh karena itu, playful learning dinilai penting untuk diprioritaskan pada kelompok anak rentan, di mana pemulihan emosional perlu berjalan seiring dengan penguatan kemampuan akademik.
Kolaborasi lintas sektor
Upaya memperluas akses terhadap playful learning membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah memiliki peran dalam kebijakan dan penguatan kapasitas pendidik, sementara sektor swasta dan komunitas dapat mendukung melalui penyediaan alat bantu belajar dan program sosial yang menjangkau kelompok rentan.