HARIAN MERAPI - Agama Islam selain sebagai pedoman bagi manusia untuk menyembah dan berbakti kepada-Nya juga mengatur dan menata hubungan dengan alam semesta. Agama Islam menata dan memberikan konsep bagi kehidupan ini, bahkan mulai dari penciptaan alam semesta, langit, bumi, air, udara, daratan, lautan manusia, tumbuhan.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan dunia yang sangat seimbang berdasarkan keberlanjutan dan sirkularitas. Keseimbangan ini harus dijaga dengan bertindak secara moderat, bijaksana dan adil.
Ramah lingkungan adalah salah satu ciri ketakwaan yang sangat penting dalam Islam. Allah
SWT telah menciptakan alam semesta ini dengan sangat indah dan seimbang, sehingga kita harus menjaga dan melindunginya.
Ramah lingkungan adalah salah satu cara untuk menjaga keindahan dan keseimbangan alam semesta. Dengan menjadi ramah lingkungan, kita dapat membantu menjaga kebersihan, mengurangi polusi, dan melindungi keanekaragaman hayati.
Beberapa contoh cara untuk menjadi ramah lingkungan adalah: Menghemat air dan listrik,
Mengurangi penggunaan plastik, Membuang sampah pada tempatnya, Menanam pohon dan menjaga kebersihan lingkungan, serta Menggunakan transportasi yang ramah lingkungan.
Dengan menjadi ramah lingkungan, kita dapat menunjukkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan menjaga keindahan alam semesta yang telah diciptakan oleh-Nya.
Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang mengkaji khusus tentang kewajiban orang-orang beriman menjaga dan memelihara alam dan lingkungan serta tidak merusaknya adalah sebagai berikut:
Pertama, larangan berbuat kerusakan di muka bumi. Firman Allah SWT: “Janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf; 7:56).
Kedua, manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga dan memelihara alam dan
lingkungan. Firman Allah SWT: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah; 2:30).
Ketiga, memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara
kehidupan semua manusia. Firman Allah SWT: “Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (QS. Al-Maidah; 5:32).
Keempat, Allah SWT tidak menyukai kerusakan. Firman Allah SWT: “Apabila berpaling
(dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS. Al-Baqarah; 2:205).
Kelima, manusia sebagai makhluk terbaik karena memelihara alam dan lingkungan. Firman
Allah SWT: “Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al- Isra’; 17:70).