HARIAN MERAPI - Dalam Islam, jujur (siddiq) adalah salah satu akhlak yang sangat penting dan dianjurkan. Jujur berarti berbicara dan bertindak sesuai dengan kebenaran, tidak berdusta atau menipu.
Dalam Al-Quran, Allah berfirman: ''Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar.'' (QS. Al-Ahzab: 70). Dalam hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda: ''Jujur adalah jalan menuju kebaikan, dan kebaikan akan membawa ke surga.'' (HR. Bukhari dan Muslim).
Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna: (a) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan, (b)
keseuaian antara informasi dan kenyataan, (c) ketegasan dan kemantarapn hati, serta (d) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan. Manfaat terbesar dari berbuat jujur adalah dapat menenteramkan harti dan dipercaya oleh orang lain. Ketenangan hati merupakan suatu keadaan yang sangat didambakan oleh semua orang. Sikap jujur juga menjauhkan rasa curiga hingga kekhawatiran akan rusaknya sebuah kepercayaan yang dibangun.
Baca Juga: Aisha Kamila rilis album 'Sosobatan' untuk memperkenalkan lagu-lagu berbahasa Sunda
Makna dan keutamaan jujur dalam Islam meliputi: (a) Kejujuran dalam ucapan: Berbicara
sesuai dengan kebenaran, tidak berdusta atau menipu, (b) Kejujuran dalam perbuatan: Berbuat sesuai dengan apa yang dikatakan, tidak berbuat munafik, (c) Kejujuran dalam niat: Niat yang baik dan ikhlas, tidak ada niat buruk atau riya'.
Keutamaan jujur dalam Islam: (a) Mendapatkan pahala besar: Jujur akan mendapatkan pahala besar dari Allah, (b) Meningkatkan keimanan: Jujur akan meningkatkan keimanan dan takwa kepada Allah, serta (c) Membawa ke surga: Jujur akan membawa ke surga dan menjauhkan dari neraka.
Dengan demikian, jujur adalah akhlak yang sangat penting dalam Islam, karena dapat
meningkatkan keimanan, mendapatkan pahala besar, dan membawa ke surga. Secara khusus Al-
Quran telah memberikan penjelasan secara rinci tentang makna dan manfaat kejujuran pada diri
orang-orang yang beriman; yakni:
Pertama, Allah menunjukkan seruan-Nya dan memberikan bimbingan kepada orang-orang
yang beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya, agar mereka tetap dalam ketakwaan serta mengharapkan rida-Nya, dengan cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya, dan menjauhi segala larangan yang telah ditentukan-Nya.
Baca Juga: Ini pentingnya orang tua beradaptasi dengan perkembangan inovasi digital
Firman Allah SWT: ''Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur).'' (QS. At-Taubah; 9:119).
Kedua, bicaralah yang jujur, sekalipun dengan kerabat sendiri. Jangan sampai keadilan
hukum terpengaruh oleh rasa kasih sayang terhadap keluarga. Firman Allah SWT: ''Apabila kamu
berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.'' (QS. Al-An'am; 6:152).
Ketiga, orang-orang yang beriman dan berpegang teguh dengan keimanannya akan
menghadapi berbagai macam penderitaan dan kesulitan. Mereka sabar dan tabah menahan penderitaan itu. Kejujuran oleh Allah SWT telah diujikan juga kepada orang-orang terdahulu.
Firman Allah SWT: ''Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta.'' (QS. Al-Ankabut; 29:3).
Baca Juga: Busyro Muqoddas Bongkar Rahasia Sukses Muhammadiyah hingga 113 Tahun
Keempat, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk selalu berkata yang benar,
selaras antara yang diniatkan dan yang diucapkan, karena seluruh kata yang diucapkan dicatat oleh malaikat Raqib dan 'Atid, dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.