HARIAN MERAPI - Penggunaan kecerdasan buatan atau AI telah diakui di semua sector, termasuk bidang komunikasi.
Apakah dengan hadirnya AI bisa menggantikan cara manusia berkomunikasi ? Inilah problem yang hingga kini masih jadi perdebatan.
Terkait hal itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai kecerdasan buatan (AI) tidak dapat sepenuhnya menggantikan manusia, sebab komunikasi manusia bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga lewat gestur dan ekspresi tubuh.
Baca Juga: Hamas keluhkan kurangnya peralatan teknik evakuasi sandera Israel di Gaza, ini yang dilakukan
"Mesin artificial intelligence ini di belakangnya bekerja dengan rumus-rumus matematika, semuanya dengan angka-angka, sementara kita punya cara berkomunikasi yang khas manusia, yang kadang-kadang hanya bisa dibaca oleh sesama manusia," kata Nezar dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Menurutnya, perkembangan kecerdasan artifisial (AI) telah menghadirkan disrupsi di berbagai bidang, termasuk dalam cara berkomunikasi.
Dengan teknologi AI generatif, proses produksi konten, baik berupa teks, gambar, maupun video, bisa dilakukan dengan cepat dan meminimalkan keterlibatan manusia.
Baca Juga: 54 Kuda Naik Podium Pacuan Kuda IHR Piala Raja HB X 2025, Berikut Daftar Jawaranya
Namun, di balik kecanggihan teknologi AI yang mendekati kemampuan manusia, AI masih memiliki kelemahan utama, yaitu tidak memiliki empati dan kemampuan berpikir kritis.
"Satu hal yang membuat manusia berbeda dengan mesin ini adalah kemampuan empati dan kemampuan critical thinking," ujar Nezar.
Selain itu, AI juga dapat berhalusinasi sehingga konten yang dihasilkan olehnya tidak selalu akurat. Nezar mencontohkan salah satu kasus konsultan internasional yang mengeluarkan laporan untuk pemerintah Australia dengan sumber data yang tidak pernah ada.
"Salah satu konsultan terbesar di dunia harus mengembalikan uang karena hasil konsultansi yang mereka buat, riset dan survei yang mereka lakukan, ternyata berasal dari sumber yang fiktif, dia merujuk kepada sejumlah dokumen dan jurnal yang ternyata tidak pernah ada," katanya.