Menkeu Purbaya ingin siapkan sistem AI untuk awasi jalur kepabeanan dan cukai

photo author
- Rabu, 22 Oktober 2025 | 17:55 WIB
 Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjawab pertanyaan wartawan dalam wawancara cegat di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (21/10/2025).  (ANTARA/Imamatul Silfia)
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjawab pertanyaan wartawan dalam wawancara cegat di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (21/10/2025). (ANTARA/Imamatul Silfia)

HARIAN MERAPI - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa ingin menyiapkan sistem berbasis akal imitasi (AI) untuk mengawasi jalur kepabeanan dan cukai.

Usai melakukan inspeksi dadakan (sidak) ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Rabu pagi, Purbaya menilai sistem pengawasan yang dimiliki oleh Bea Cukai belum cukup optimal untuk bisa memonitor praktik-praktik ilegal secara efektif.

“Sebenarnya sudah cukup bagus, tapi belum ke level di mana saya bisa secara daring di situ saja memonitor kapal underinvoicing. Belum sampai sana karena AI-nya belum dikembangkan. Dalam tiga bulan ke depan kami akan kembangkan sistem AI yang lebih siap di Bea Cukai,” kata Purbaya, di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Rabu (22/10/2025).

Rencananya itu merupakan lanjutan dari tinjauannya terhadap Lembaga National Single Window (LNSW) Kemenkeu. Purbaya, Selasa (21/10) kemarin, menyatakan ingin membuat LNSW menjadi pusat intelijen berbasis teknologi informasi (IT) dalam pengawasan aktivitas ekspor dan impor.

Baca Juga: Dugaan korupsi Rp 10,6 miliar, Kejari Sukoharjo segera lengkapi berkas perkara dua tersangka kasus Percada

Dalam konteks itu, LNSW nantinya akan menjadi think tank atau organisasi yang memberikan rekomendasi melalui riset untuk aktivitas perdagangan. Purbaya bakal menyiapkan 10 orang ahli dari berbagai bidang yang bisa menganalisis potensi-potensi kebocoran yang ada.

“Ini kelanjutannya. Saya akan perkuat semua, LNSW, bea cukai, dan nanti juga pajak. Pada dasarnya, kami akan perkuat sistem penerimaan kita dari ujung ke ujung,” ujarnya seperti dilansir Antara.

Purbaya optimistis ketika sistem AI tersebut telah terintegrasi dengan data-data instansi naungannya, penerimaan negara bakal terus bergerak membaik.

“Kalau sampai sistem betul-betul terintegrasi, dalam beberapa bulan ke depan harusnya penerimaan bea cukai akan lebih efisien daripada sekarang,” kata Purbaya.

Kemenkeu mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp221,3 triliun hingga 30 September 2025, setara 73,4 persen dari target APBN 2025. Realisasi ini ditopang oleh kenaikan penerimaan bea keluar dan cukai.

Baca Juga: Kejamnya pembunuh perempuan pensiunan guru di Karanganyar

Penerimaan cukai tercatat Rp163,3 triliun atau 66,9 persen dari target APBN. Meski produksi Cukai Hasil Tembakau (CHT) turun 2,9 persen, penerimaan cukai tetap tumbuh 4,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kemudian, penerimaan bea keluar tercatat Rp21,4 triliun atau 477,8 persen dari target APBN, melonjak 74,8 persen secara tahunan. Kenaikan ini terutama didorong oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit (CPO), volume ekspor sawit, serta kebijakan ekspor konsentrat tembaga.

Sementara itu, bea masuk mencapai Rp36,6 triliun atau 69,2 persen dari target APBN. Angka ini mengalami kontraksi 4,6 persen dibandingkan tahun lalu akibat penurunan tarif bea masuk pada sejumlah komoditas pangan serta pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang menurunkan tarif impor.(*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X