Transplantasi ginjal tak harus tunggu cuci darah, ini yang benar menurut dokter

photo author
- Kamis, 3 Juli 2025 | 11:00 WIB
Ketua Indonesian Transplantation Society (Inats), Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, Sp.PD-KGH (tengah) saat memaparkan transplantasi ginjal untuk pasien gagal ginjal kronik dalam acara diskusi kesehatan di Jakarta pada Selasa (1/7/2025).  (ANTARA/Sri Dewi Larasati)
Ketua Indonesian Transplantation Society (Inats), Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, Sp.PD-KGH (tengah) saat memaparkan transplantasi ginjal untuk pasien gagal ginjal kronik dalam acara diskusi kesehatan di Jakarta pada Selasa (1/7/2025). (ANTARA/Sri Dewi Larasati)



HARIAN MERAPI - Salah satu cara mengatasi penyakit gagal ginjal adalah dengan transplantasi.


Namun masih ada pemahaman yang kurang tepat, menganggap transplantasi ginjal harus dilakukan setelah pasien jalani cuci darah.


Menurut dokter, transplantasi ginjal tak harus menunggu lama jalani cuci darah.

Baca Juga: Leroy Sane Hengkang, Bayern Muenchen Pertimbangkan Boyong Marcus Rashford dari MU


Dokter spesialis penyakit dalam dengan subspesialis ginjal hipertensi ⁠Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, Sp.PD-KGH mengatakan transplantasi ginjal bisa dilakukan untuk pasien gagal ginjal kronik tanpa harus menunggu menjalani cuci darah.

Dialisis atau cuci darah kondisinya berbeda dengan yang dipersiapkan pada pasien transplantasi ginjal. Menurut dia, dialisis merupakan terapi pengganti yang masuk ke dalam program transplantasi ginjal.

"Soalnya ini kadang-kadang suka jadi perdebatannya. Kalau orang sudah cuci darah 10 tahun itu baru kita melakukan transplantasi. Sebenarnya salah itu. Jadi setiap pasien gagal ginjal tahap akhir, dia sudah menjadi kandidat untuk dilakukan transplantasi," katanya dalam diskusi mengenai transplantasi ginjal di Jakarta, Selasa.

Dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Indonesian Transplantation Society (Inats) itu mengatakan pasien gagal ginjal yang ideal untuk dilakukan transplantasi justru yang baru dilakukan dialisis, sekurangnya dari satu tahun.

Baca Juga: Kunjungan Kenegaraan di Arab Saudi, Presiden Prabowo Disambut Pangeran MBS

Bahkan, ada lagi pendekatannya seperti transplantasi ginjal pre-emptif, yaitu pasien sudah divonis mengalami gagal ginjal kronik tahap akhir, namun belum memulai proses dialisis.

Menurut dia, semakin lama pasien gagal ginjal kronik menjalani dialisis, maka potensi komplikasi metabolik dan medis lainnya semakin meningkat.

"Jadi makin sulit untuk dilakukan transplantasi. Yang sering itu adalah kita mendapatkan pasien terlambat datang ke kita untuk mempersiapkan transplantasi ginjal," kata dia.

Lebih lanjut, dokter yang juga Ketua Tim Transplantasi Ginjal Di RSU Bunda itu menyarankan setiap orang yang mengalami gangguan pada fungsi ginjal harus segera memeriksakan diri ke rumah sakit, supaya dokter dapat mengevaluasi apakah kondisinya sudah termasuk gagal ginjal atau belum.

Baca Juga: Kena Bully Soal Rob Sayung, Gubernur Jateng: Ndak Papa, Itu Seperti Obat untuk Kerja Lebih Giat

Transplantasi juga diharapkan dapat meminimalisasi perawatan jangka panjang yang harus ditanggung pasien dan keluarga, serta meningkatkan angka harapan dan kualitas hidup mereka.*

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X