Anak bukan dilarang menggunakan medsos, tapi dibimbing, begini saran psikolog

photo author
- Kamis, 6 Februari 2025 | 11:00 WIB
Ilustrasi orangtua mendampingi anak bermain media sosial pada gawai.  (ANTARA/Pexels )
Ilustrasi orangtua mendampingi anak bermain media sosial pada gawai. (ANTARA/Pexels )



HARIAN MERAPI - Penggunaan media sosial (medsos) sudah merambah ke semua lini, bukan hanya orang dewasa tapi juga anak-anak.


Anak kini asyik dengan dunianya melalui pemakaian medsos yang sesungguhnya menyimpan potensi bahaya bila disalahgunakan.


Hal tersebut diingatkan psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia Teresa Indira Andani M.Psi melalui wawancara tertulis kepada ANTARA, Rabu.

Baca Juga: Praktik Pengoplosan LPG Bersubsidi di Purworejo Dibongkar Polda Jateng


Ia mengatakan anak yang menggunakan media sosial perlu dilakukan pendekatan yang bukan melarang namun melalui bimbingan yang kuat dari orang tua terkait manfaat serta risikonya.

“Larangan total terhadap penggunaan media sosial kurang efektif, terutama bagi anak yang lebih besar dan remaja. Berdasarkan pola asuh otoritatif, pendekatan terbaik bukanlah melarang, tetapi membimbing dan memberikan pemahaman yang kuat tentang manfaat serta risikonya,” kata Teresa .

Ia mengatakan, pendekatan orang tua untuk membimbing anak bermedia sosial harus sesuai dengan tahap perkembangan usia anak. Pada usia 7 tahun ke bawah, disarankan tidak diperkenalkan bermedia sosial karena mereka masih kesulitan membedakan realitas dan fantasi.

Baca Juga: Kejati DIY Tahan Makelar Pengadaan Tanah di Sindutan Kulon Progo

Sementara pada usia 7-11 tahun, anak mulai bisa diperkenalkan dengan pengawasan ketat dan batasan yang jelas, seperti hanya menggunakan platform yang aman dan sesuai usia. Di usia ini, Teresa menyarankan orang tua menerapkan kontrol langsung dengan membatasi waktu layar 1-2 jam per hari dan menggunakan aplikasi parental control.

Dan pada remaja 12 tahun ke atas, Teresa menyarankan untuk diajarkan literasi digital agar dapat mengelola media sosial secara mandiri tetapi tetap dalam pengawasan orang tua. Pada usia ini juga lebih ditekankan pendekatan berbasis diskusi dan meminta alasan anak kenapa ingin menggunakan media sosial serta cara bertanggung jawab terhadap penggunaan media sosial.

“Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya sekadar patuh, tetapi juga memahami alasan di balik aturan yang diberikan,” katanya.

Teresa juga menyebut perlu ada aturan waktu dan durasi yang jelas terkait akses media sosial anak dan terapkan etika digital dan privasi online. Serta orang tua dan anak perlu berdiskusi terkait konsekuensi yang akan diterima anak ketika salah satu aturan dilanggar.

Baca Juga: Angin kencang porak-porandakan rumah di sejumlah daerah di Temanggung

Pendekatan ini tidak hanya membentuk kebiasaan digital yang sehat tetapi juga membekali anak dengan keterampilan berpikir kritis dan literasi digital yang akan bermanfaat bagi masa depan mereka.

“Media sosial bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang bagi anak-anak untuk belajar, berinteraksi, dan mengekspresikan diri. Dengan pendampingan orang tua dapat membantu anak mengelola media sosial secara bertanggung jawab, aman dan edukatif,” kata Teresa.*
Ilustrasi orangtua mendampingi anak bermain media sosial pada gawai. (ANTARA/Pexels (Pexels)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X